GERIMIS
(Tetes demi tetesnya, Menghujam Jatuh, ke dalam Jiwa)
13 Januari 2015
“Makanya
bilang sama gerimis, Jangan terlalu sebentar menyapa. Sebab sapaannya dapat
menentramkan jiwa. Sampaikan juga padanya, Tetesnya sungguh mempesona”.
By: S_B
Flores Post |
13 Januari 2015
Ingin kurasakan gerimis datang,
Dibawah megah langit,
Mengalunkan irama sendu,
Berpadu, berpendar, menyela,
Dibalik lengking yang sumbang.
Alur
lembut yang bebatu,
Menggelakkan
sanubari melepas raut pilu,
Ingin kurasakan gerimis datang,
Biarpun aku tak kan mampu,
Lantunkan
syairmu.
By: Ri_HU
13 Januari 2015
Kamu tahu kenapa gerimis romantis?
Karena setiap tetesnya,
Memaksa kita merangkai kata-kata puitis.
Gemerciknya
meminta jiwa
Melukis
senja,
Meraba
makna, dalam dunia kata.
By: S_B
Mato Kopi, 13 Januari
2015, 17:59 WIB
Meski setiap gerimis aku harus merangkai kata-kata puitis,
Yakinlah, bahwa kata-kataku tak akan pernah habis.
Gerimis ini menyediakan ribuan kata
Untuk aku rangkai menjadi serpihan makna.
Bila
gerimis ini tak kunjung berhenti
Percayalah
bahwa di setiap tetesnya,
Mengisyaratkan
arti.
Aku berjanji, disini,
Bersama secangkir kopi,
Tetes gerimis ini akan menjadi saksi.
By: S_B
Bandung, 13 Januari 2015,
18:45
Aku tak berharap gerimis selalu datang,
Menyapa tanahku yang gersang,
Aku tak berharap,
Setiap waktuku kuhabiskan,
Dengan merangkai kata,
Bak penyair diluar sana.
Tapi
ada kedamaian,
Tiap
ia datang,
Ada
cinta,
Tiap
ia menyapa,
Ada
rindu,
Pada
tiap tetesnya,
Dan
ada sesal,
Ketika
ia beranjak pergi.
By: Ri_HU
Tulungagung, 19 Januari
2015, 18:05
Tak melengking,
Tak jua menyeru,
Kalau saja ada,
Sayang tiada,
Tak
merdu,
Tak
jua melagu,
Kalau
saja ada,
Benar
nampak,
Lirih,
Ia berseru lirih,
Gerimis berseru lirih.
By: Ri_HU
Bolu, Tulungagung. 20
Januari 2015, 22:03
Aku bertemu gerimis di kotamu,
Menyapaku dengan malu,
Aku sapa, aku raba,
Dia hanya tersenyum manja,
Gerimis
itu menghilang,
Meninggalkan
kenangan terindah,
Di
kota kita tersayang,
Gerimis
itu semakin menjauh,
Meninggalkanku
yang semakin rapuh.
By: S_B
Bolu, Tulungagung. 21
Januari 2015, 17:57 WIB
Gerimis ini datang,
Saat hatiku bimbang,
Aku menikmatinya,
Meski hati sedang terluka,
Tetesnya
menyayat hati,
Merobek
pilu,
Memaksaku
terpaku.
By: S_B
Paiton, 22 Januari 2015,
18:00
Tak kutemui apa-apa,
Dalam gerimis itu,
Selain rasa pilu,
Karena aku,
Tak lagi di kotamu,
Tetap
semangat menyapa senja,
Meski
indahnya tak lagi dirasa,
Kurekam
pertemuan kita,
Dalam
secangkir kopi penuh makna,
Selamat
datang gerimis,
Tetesmu
membuatku menangis.
By: S_B
Ia hadir membawa cerita,
Bersamamu yang tiada terduga,
Senja kini terasa semakin hampa,
Secangkir kopi hanya akan menghadirkan luka,
Manisnya gula hanya akan menambah lara,
Ia
hadir bersama redupnya cahaya,
Bersamamu
yang tiada terduga,
Ia
hadir,
Merampas
jejakmu,
Tanpa
bekas.
By: Ri_HU
Bandung, 25 Januari 2015
Kali kau berbeda,
Kau datang ketika langit terguncang,
Ia marah,
Kau datang ketika surya belumlah terbenam,
Bahkan masih tegar bersinar,
Kau
himpitkan lelahku,
Bermain
bersamaku,
Kau
seduhkan,
Kala
api mengobar dalam jiwaku,
Kau himpitkan sepiku,
Bermain bersamaku,
Kau tawarkan senyummu,
Penyejuk kalbu,
Penawar pilu.
By: Ri_HU
Ngunggahan, 30 Januari
2015, 12:40
Kau menjamah kotaku,
Dalam kedipan kilat,
Pekik dan gemuruh guntur,
Ku acuh..
Kau
tawarkan anyir sejenak,
Memburu
mendung kelabu,
Kian
menghitam,
Kau
hengkang.
By: Ri_HU
Madura, 05 Fenruari 2015,
14:20
Gerimis menyirami maduraku,
Menyampaikan pesan tentangmu,
Aku menikmatinya,
Sebagai pelepas rindu,
Yang tertahan,
Di langit-langit sadarku,
Gerimis
ini manis,
Tipis,
Menyayat
kesadaranku,
Yang
semakin habis.
By: S_B
Tulungagung, 05 Februari
2015, 16:35
Gerimis jua,
Dia mendengar do’a kita,
Dia kabulkan do’a kita,
Pada gerimis,
Tanahku sepi tanpamu,
Lalu
kau datang,
Tepat
kala senja mulai menyapa,
Bersama
rindu yang kian membeku,
Bersama
lelah dan resah,
Yang
kian beradu.
By: Ri_HU
Pamekasan, 06 Februari
2015, 13:12
Bumiku basah,
Disertai gerimis penuh rahmah,
Gerimis ini menghapus lukisan luka,
Yang terpahat dalam kanvas derita,
Ceritaku
dan ceritamu menyatu,
Berpadu
dalam setiap tetes yang menyeru,
Ceritaku
denganmu tak boleh berakhir,
Kisahnya
abadi dan tetap terukir,
Sampai detik ini,
Tetesnya masih memberi bukti,
Bahwa kisahku dan kisahmu,
Tetap abadi.
By: S_B
MAN_1, 07 Februari 2015,
11:30
Kusampaikan pesan lewat gerimis,
Kian dingin,
Kian menusuk,
Lewat tetes manisnya,
Ia berikan senyum,
Ia
kabarakan tentang rindu,
Ia
tanyakan padaku,
Tentang
secangkir kopi,
Yang
lama kutinggalkan.
By: Ri_HU
Pamekasan, 08 Februari
2015, 14:01
Seperti kataku malam itu,
Gerimis ini rela menungguku,
Saat aku terlelap,
Dia justru datang penuh harap,
Dia
datang dengan manja,
Seakan
berkata,
“Aku
datang padamu dengan cinta”,
Dia
menetes dengan manis,
Menggiring
tanganku,
Merangkai
kata-kata puitis,
Dia menyapaku dengan malu,
Lalu berkata padaku,
“Aku disini menunggumu”.
By: S_B
Beji-Bandung, 08 Februari
2015, 18:23
Aku tak memaksa,
Tak mengharuskan ia disini,
Namun gerimis ini datang,
Seakan tak izinkan lelah mengusik,
Ia
temani jalan panjangku,
Tiap
tetesnya,
Lelehkan
payahku,
Di sepanjang jalan sedari tadi,
Ia peluk hati yang pengap ini,
Ia taburkan bahagia pada jiwa,
Yang mulai tak berdaya.
By: Ri_HU
Madura, 09 Februari 2015,
*Pagi
Sepagi ini dia datang menyapa,
Membawa kabar bahagia tentang kita,
Kabar itu menenggelamkan pagi,
Mengganti waktu dengan hari,
Matahari
tak lagi beradu,
Bertemu
dengan rindu,
Yang
tak kunjung menyatu.
By: S_B
Bandung, 09 Februari 2015,
16:35
Aku tahu kau datang,
Yakinku kau beri kabar,
Tentang ia yang kurindukan,
Dalam semilir angin,
Kau beritakan kehaditanmu,
Lewat deru pepohon yang mengayun,
Kau hempaskan ceritaku yang sendu,
Kau
sedang mempermainkanku,
Lewat
setapak jalan yang ku lalui,
Kau
hadirkan lagi setetes rindu,
Kau
balut sang rindu,
Dengan
dekap yang membeku,
Jangan!!!, jangan biarkan aku gila,
Langkah ini terlalu menggebu,
Aku tak kan mampu,
Kau mempermainkanku,
Lewat cinta yang menganga,
Tak terbalut luka,
Tak pula oleh duka,
Gerimis
temaniku,
Lewat
sisa jalan yang tertutup debu,
Sisa
tetes yang menyiksaku,
Justru
menyiksaku,
Gerimis
ini gila,
Biarkan
anganku menggila,
Menyatu
bersama jiwa yang hampa,
Merengek
meminta asa,
Mencintaimu
dengan buta,
Gerimis ini sisakan pilu,
Hapuskan mesiu,
Dalam senja yang kelabu,
Tak ada penawar untuk kalbu,
Yang terbelenggu oleh rindu,
Ya... rinduku yang terbelenggu.
By: Ri_HU
Bandung, 11 Februari 2015,
19:35
Ia datang,
Membawa setumpuk pilu,
Yang kian menenggelamkan,
Ia hadir,
Membawa kabar angin,
Yang kian tak ku ingin,
Gerimisku
sepi tanpa maafmu,
Gerimisku
akan lari,
Mengiringi
lelahmu,
Hingga
kau tak mampu mengusirku,
Dalam
malammu,
Gerimisku akan bercerita,
Kisah haru di penghujung rabu,
Gerimisnya sambut kehadiranmu dikotaku,
Tetes demi tetesnya,
Akan leburkan sepimu.
By:Ri_HU
Bandung, 12 Februari 2015,
12:45
Sejenak sebelum terlelap,
Ia tenggelamkan sedikit luka,
Diantara pahit yang membara,
Ia pautkan waktu,
Pada sang masa,
Aku
tak tidur,
Hanya
mengais serpihan mimpi,
Memungut
keping demi keping,
Siang ini buruk,
Aku tak mau terpuruk,
Namun gerimis kian menuntut,
Memaksaku menurut,
Tanpa harus tunduk,
Ia
benamkan mataku,
Dalam
sayup lagu rindu,
Lalu
ia sisakan sepucuk ragu,
Berharap
kau menunggu,
Gerimis
menyapamu,
Dengan
sedikit malu.
By: Ri_HU
Bandung, 13 Februari 2015,
12:56
Tik-tik-tik...
Kau datang setitik demi setitik,
Sedikit menggelitik,
Namun asyik,
Pelan, namun pasti kau jatuh,
Pasti kau tumpah,
Lalu
izinkan aku sejenak bermain,
Bersamamu
dan sepi yang mengiring,
Kau
bawa aku duduk dan terdiam,
Kau
ajak aku melenggok berdua,
Kita bahagia,
Bersama mentari yang sedikit sembunyi,
Kita lantang bernyanyi,
Jangan bersedih,
Ku ajak kau menari,
Dalam balutan gerimis lirih,
Bersamaku,
Higga tak ada lagi rasa perih,
Gerimis
ini menyapamu,
Ia
ingin kau menyapanya,
Ingin
kau bermain dengannya,
Tertawa
bersamanya,
Tengoklah
gerimis ini,
Nyanyikan
satu lagu untuknya,
Ia
ingin usir lelahmu,
Ia
ingin leburkan sakitmu,
Ia
ingin rasakan,
Apa
yang kau rasa.
By: Ri_HU
Ngunggahan Bandung, 18
Februari 2015, 07:45
Gerimis seterik ini,
Temani sepi tak kunjung menepi,
Menghapus abu sisa pembakaran,
Menjelma bak kuncup bunga mengembang,
Gerimis
seterik ini,
Sampai
jiwa tak hampa lagi,
Sampai
pelangi datang mengisi,
Sampai
mentari kian meninggi,
Aku berdiri,
Di tumpukan bambu,
Menangis sendu,
Memenjarakan rasaku,
Aku
terdiam,
Dibawah
horizon,
Tertunduk
pilu,
Melepaskan
asaku,
Aku
malu.
By: Ri_HU
Bandung, 19 Februari 2015,
12:30
Disini angin bertiup,
Dedaun mengayun,
Seirama gesekan ranting kecil,
Aku
tersipu melihatmu,
Mengalunkan
lagu sendu,
Cerita
lama masa lalu,
Aku terbenam mengenangmu,
Bersama gerimis,
Yang kian menghujam,
Lirih,
Namun menyakitkan.
By: Ri_HU
Bandung, 23 Februari 2015,
15:50
Pada dinginnya hati,
Ku curahkan secawan rindu,
Pada dinginnya hati,
Ku senandungkan riuk pilu,
Pada
dingin yang menyambutku,
Telah
kutimpakan tanah,
Pada
ruas jemarimu,
Telah
ku seduhkan api,
Pada
liang tidurmu,
Telah
kukeringkan air,
Untuk
dahagamu,
Namun kau menangis,
Mengais sisa tetes air,
Di keningmu,
Lalu kau hirup asap sisa,
Sisa yang kau buang.
By: Ri_HU
Ngunggahan, 26 Februari
2015, 11:53
Gerimis nakal,
Datang perlahan tanpa pesan,
Tiada angin menyapa,
Pun mentari elok bersinar,
Kenapa datang tanpa salam?
Gerimisku
yang nakal,
Tiada
sempat ku kenalkan,
Sekejap
mengisi hari,
Lalu
pergi tanpa permisi.
By: Ri_HU
Plosokandang, 27 Februari
2015, 21:05
Aku mendengar deru keras,
Melilit menggetarkan pelipis,
Aku keluar,
Menjelajah malam,
Ku terka orion sirius,
Namun liuk angin menghembus,
Nyata
ia datang,
Ketika
kau pulang,
Ia
kembali,
Sembari
menepi,
Mungkin,
Ia
lelah.
By: Tacin
Hadirmu selalu akrab,
Temani lelah dan sepiku,
Hangatmu kurasa memikat,
Gerimisku ibarat sekat yang padat,
Kau
tebar rindu,
Namun
kau halangi aku,
Tuk
merindu,
Kau
tebar kasih,
Namun
kau hempaskanku,
Gerimisku,
Kau lukaku,
Pengasing hidupku.
By: Tacin
Tulungagung, 01 Maret
2015, 16:13
Aku bertanya pada hari,
Kenapa lama berganti,
Aku bertanya pada mentari,
Kenapa pagi tak kunjung menepi,
Ku
tanyakan pada angin,
Kenapa
rindu tak kunjung menderu,
Ku
tanyakan pada dedaun,
Kenapa
begitu banyak rasa tertimbun,
Ku saksikan gerimis baru,
Begitu lembut,
Menyejukkan batin,
Dalam ketiadaan,
Menggetarkan sanubari,
Lewat
riaknya,
Menyajikan
secangkir semangat,
Dalam
sisa kebebasan.
By: Tacin
Pamekasan, 02 Maret 2015,
Gerimis ini datang lagi,
Setelah sekian lama menneggelamkanku,
Dalam rindu setengah mati,
Ah,
lama tak jumpa,
Ternyata
gerimis ini tetap,
Seperti
sedia kala,
Perjumpaanku dengan gerimis,
Mengingatkanku padamu,
Wahai gadis manis.
By: S_B
Kampus, 03 Maret 2015,
14:34
Gerimis akhirnya menampakkan diri,
Mengunjungiku kembali,
Di bawah pohon ini,
Aku berbisik lirih,
Ku
pinta pada gerimis,
Kirimkan
pesan,
Ku
pinta ia,
Berikan
kabar,
Inginku gerimis tahu,
Sampaikan berita padamu,
Ada sosok kecil,
Yang menunggu.
By: Tacin
Kampus, 04 Maret 2015,
07:07
Gerimis sedang menyapa,
Lirih sangat,
Dan embun masih membumbung,
Di celah dedaunan.
Lihat,
Para
pipit asyik menyantap menunya,
Bercakap
layak kita,
Berdendang,
Bak
musisi fenomenal,
Gerimisku menyambut pagi,
Menyambutmu di kota kami,
Bersama dingin,
Yang membungkus tulang,
Kusampaikan selamat datang.
By: Tacin
Jepun, 04 Maret 2015,
07:17
Ku tak menyadari,
Jika gerimis turun pagi ini,
Jika tanpa kabarmu,
Aku tak mungkin tahu,
Mengapa gerimis pagi ini menyapaku,
Aku
terkurung dalam buai pagi,
Yang
tak biasa,
Memaksaku
tuk menutup mata,
Tak sadar ternyata diliuar sana,
Geimis datang menyapa,
Terimakasih gerimis,
Kau buka pagiku dikotanya,
Dengan tetesmu yang tipis-manis.
By: Tacin
Plosokandang, 05 Maret 2015,
17:05
Gerimis menemani sarapan soreku,
Ia datang bersama pesanmu,
Pesan bahwa tak lagi di kotaku,
Ada
yang kurang,
Entah
apa itu,
Gerimisku,
Mengantar
pesan kepergianmu.
By: Tacin
Kampus, 07 Maret 2015,
19:53
Gerimis ini kembali menyapa,
Bersama hembus angin malam,
Di stan sembilan belas,
Bersama mereka,
Kawan seperjuangan,
Ku
tertegun sejenak,
Menghela
nafas setiap detiknya,
Ku
sapa gerimis,
Bersama
denting lagu,
Tak
berdawai,
Ku sapa engkau,
Beriring riak lembut,
Yang kian berpaling.
By: Tacin
Plosokandang, 09 Maret
2015, 22:33
Ia datang,
Beriring lantunan shalawat,
Kala malam,
Ikut mendendang,
Bersama merdunya,
Tabuhan mereka,
Ia
bersama riak tetesnya,
Temani
dingin sang angin,
Melabuhkan
letih,
Pada
batang, daun, dan ranting,
Sejatinya gerimis mengiring,
Sedari tadi,
Sedari hari berganti,
Dari senja,
Menuju malam tak berarti.
By: Tacin
Tulungagung, 12 Maret
2015, 05:22
Puisi 1
Aku ingin merangkai puisi,
Yang sesuai dengan isi hati,
Saat malam mulai sepi,
Aku ingin merangkainya,
Meski gerimis tak lagi ada,
Jika
puisiku tak lagi romantis,
Jangan
salahkan gerimis,
Percayalah,
Sampai
detik ini,
Gerimis
tak pernah menebarkan tangis.
Puisi 2
Keinginanku merangkai kata untukmu,
Telah ku abadikan dalam sanubariku,
Aku pegang keyakinan itu,
Hingga akhirnya,
Mataku memaksaku,
Beradu dengan waktu,
Jika
keinginan hanya dibiarkan saja,
Ia
akan berlalu tanpa makna,
Disini,
ditengah sepi yang melanda,
Ku
kirimkan padamu sedikit kata,
Keinginanku menenggelamkan segalanya,
Termasuk kata,
Yang ingin ku rangkai,
Bersama tebaran rahmatNya.
Puisi 3
Jika saat terbangun,
Kau tak melihat puisiku,
Jangan pernah mengira ia tak ada,
Percayalah,
ia ada,
Tersimpan
disini,
Di
hati yang sunyi,
Puisi ini sengaja aku simpan,
Biar setiap pertemuan,
Meninggalkan kesan.
Puisi 4
Setiap kata mengandung do’a,
Setiap kalimat mengandung harap,
Dan setiap huruf,
Mengandung rasa tanpa khauf,
Dalam
setiap barisan kataku,
Selalu
ada makna,
Yang
kusisipkan untukmu,
Jika
makna itu tak bisa dipahami,
Bertanyalah
pada pagi,
Jika pagi tak bisa menjawabnya,
Mintalah jawaban itu pada matahari,
Matahari mungkin tak dapat memberi tahu,
Tapi percayalah,
Jika ia tahu isi hatiku.
Puisi 5
Puisi itu semoga sampai padamu,
Menemani pagi dan sarapanmu,
Kelak, jika kita dipisahkan jarak,
Bertanyalah pada puisi-puisi itu,
Bagaimana aku merangkainya untukmu,
Barisan
kata itu adalah saksi,
Bahwa
ia lahir dari rahim janji,
Yang
ada di hati,
Simpan puisiku,
Karena di dalamnya,
Selalu terselip pesan untukmu.
By: S_B
Tulungagung, 12 Maret
2015, 23:21
Jika ini memang gerimis,
Aku tak akan menangis,
Ibarat lapangnya jalan ini,
Gerimis berjanji tak akan mengingkari,
Langkah
kakiku tak terarah,
Namun
mengarah,
Pandanganku
kabur,
Seakan
semua cahaya melebur,
Ku ingat kau pernah katakan,
Gerimis tak kan mengundang tangis,
Namun kali ku pandang sudut jalan ini,
Terasa begitu sepi,
Menyekat diri,
Disini
aku berjalan sendiri,
Bersama
semilir angin,
Dan
gerimis kecil,
Disini
aku mengais sisa rindu,
Bersama
deret lampu,
Yang
asyik menunggu.
By: Tacin
Pamekasan, 14 Maret 2015,
06:02
Gerimis pagi menyambutku,
Mengisi ruang sepi,
Pagiku tanpamu,
Tetesnya
pelan,
Masuk
ke hati secara perlahan,
Memberi
janji akan sebuah pertemuan,
Aku menyambut geimis ini untukmu,
Agar pagimu berkesan,
Meski tanpaku.
By: S_B
Tulungagung, 14 Maret
2015, 23:45
Ku penuhi satu janjiku,
Tuk menuliskan ssa gerimis,
Di penghujung senja,
Entah kau tagih atau tidak,
Entah kau peduli atau acuh,
Gerimis
senja yang ku wartakan,
Penuh
harap yang terpendam,
Meski
tak tersisa bekas jejakmu,
Asal
gerimis bersamaku,
Aku
tak kan ragu,
Kau pasti tahu,
Selalu ada secangkir kopi
Di ujung hari,
Yang mengingatkanku,
Di masa yang kian berganti.
By: Tacin
Tulungagung, 15 Maret
2015, 21:20
Gerimis manis,
Lewati langkahku,
Bersama hembus angin,
Yang beradu,
Teriring
deru kendaraan,
Yang
lantang melaju
Di
sisa jalanku,
Dan
pesan darimu,
Gerimis
ini makin menyerbu.
By: S_B
Tulungagung, 19 Maret
2015, 12:23
Gerimis sedetik,
Begitu aku sudah tertarik,
Ia mampu buatku masuk kedalamnya,
Lebih dalam dari bilik tetesnya,
Gerimis
sekejap,
Membawa
cerita beragam makna,
Meski
tanpamu dikotaku,
Ia
tak enggan menyapaku,
Meski
tanpamu disini,
Ia
enggan beranjak pergi.
By: Umami
“Aku
disana denganmu, disampingmu, menemanimu, rasakan itu.” – S_B
Pamekasan, 21 Maret 2015,
05:39
Pagiku ditemani gerimis,
Ia turun dengan manis,
Tetesnya menghapus tangis,
Memberi warna yang lebih romantis,
Jika
pagimu tak ditemani gerimis sepertiku,
Keluarlah
dari peraduan,
Lihatlah
bagaimana aku datang padamu,
Membagi
rasa bahagiaku,
Atas
datangnya gerimis pertanda rindu.
By: S_B
Tulungagung, 21 Maret
2015, 21: 01
Gerimis ini mengurungkan niatku tuk terpejam,
Belai tiap tetesnya mengalunkan mataku,
Tiap melodi riaknya mengingatkanku padamu,
Semilir yang dibawanya melontarkan sastra baru,
Jika
gerimis menemani pagimu,
Maka
disini gerimis mengisi sisa malamku,
Jika
gerimis membawa hangatnya sang mentari untukmu,
Disini
gerimis dan angin beradu,
Memberi
kesejukan untukku.
By: Tacin
Basecamp, 22 Maret 2015,
11:22
Gerimis menjelang pertengahan hari,
Membasahi dedaun dan tanah tercintaku,
Gema riaknya tak bermelodi,
Tak mengisyaratkan apapun,
Masih
dengan celotehku,
Sebersit
harap muncul untukmu,
Jangan
bosan,
Semoga
tak bosan,
Jangan
kau bosan terhadapku,
Karena hanya lewat gerimis ini,
Sedikit mampu ku ungkapkan,
Isi hati yang terdalam,
Hanya lewat gerimis ini,
Harapku mampu tertuang.
By: Ri_HU
Tulungagung, 23 Maret
2015, 17:34
Gerimis ini menghujamku,
Merasuk bersama gelapnya langit kotaku,
Bayangmu tak lagi terlihat,
Jejakmu tak lagi nampak,
Gerimis
ini tak kan mengundang tangis,
Meski
banyak hati yang teriris,
Gerimis
indah ini,
Mampu
mengusap gelisah,
Menghapus
resah.
By: Tacin
Tulungagung, 24 Maret
2015, 21:29
Setelah senjaku dibasahi gerimis,
Kini malamku tengah bahagia karena gerimis,
Pun hati bahagia jua,
Bertemukah
tuan dengan gerimisku?
Sejatinya
diri mengharap yang demikian terjadi,
Sukalah
tuan dengan gerimisku,
Supaya
hati resah berganti,
Segelas kopiku mengundang tuan,
Maulah kembali ke kota ini,
Karena gerimis tengah menanti,
Bersama rindu kian tak terganti.
By: Tacin
Doko
Blitar, 28 Maret 2015
Ku tatap dari balik kaca dan pintu,
Ribuan tetes gerimis turun anggun,
Mengayun lembut,
Mengisi pori-pori tanah yang gersang,
Percayakah
kau pada gerimis?
Bahwa
riaknya bermelodi manis,
Setia
bersama angin,
Menari
diantara bayangmu,
Yang
teramat asing.
By: Ri_HU
Tulungagung, 29 Maret
2015, 22:10
Aku tak mengerti,
Sedikit hal yang ku mengerti,
Namun masih saja ku tak mengerti,
Ini gerimis atau sekedar ilusi,
Sekedar
melirik ke arahmu,
Harus
melatih diri,
Sekedar
berucap terhadapmu,
Masih
isyarat bisu,
Aku masih tak mengerti,
Ini gerimis atau ilusi,
Namun tak apa ini ilusi,
Tempatmu tetap disini,
Di sanubari tak terganti.
By: Ri_HU
Tulungagung, 30 Maret
2015, 19:29
Gerimis semesta,
Seperti mereka sudahlah tahu,
Gerimis milik semesta,
Dimanapun pastilah ia ada,
Gerimis
masih tulus,
Menjamah
wajah yang mulai tirus,
Gerimis
tak akan rakus,
Ia
tak biarkan tanahku tergerusm
Adalah gerimis turun bersama hujan,
Membawa rindu,
Yang menghilang pelan.
By: Tacin
Tulungagung, 02 April
2015, 21:21
Awan kelabu hantarkan gerimis padaku,
Mengisi kosongnya senja,
Kala malam mulai menyapa,
Gugur
dedaun tak ku tebak,
Patah
reranting tak terarah,
Gerimis
merajangi sang tanah,
Malam, sampaikan rinduku,
Gerimis, sampaikan harapku,
Hingga tak kau temui hal lain,
Ketika hanya tersisa pintaku.
By: Ri_HU
Tulungagung, 03 April
2015, 13:25
Ribuan semut berlarian,
Tumpang tindih tak karuan,
Tak pedulikan lagi makan dan kawan,
Mereka kian berlari kencang,
Nyata
tetes-tetes jahat hancurkan mereka,
Robohkan
singgahsana mereka,
Tersibak
diantara semak,
Rasa
takun mencekam,
Antara hidup dan mati,
Semut-semut malang,
Tergerus gerimis kala petang,
Gerimis jalang,
Tak biarkan semut pulang.
By: Ri_HU
Tulungagung, 06 April
2015, 16:04
Aku tak mau aku menutup mata,
Aku tak akan menyumpal telinga,
Kini gerimis menjamah kota,
Mengisi pundi-pundi tanah yang gersang,
Seketika
gerimis menjadi pemikat,
Mengalahkan
angin kering,
Kemudian
beralih dingin,
Riak-riak penuh canda,
Mengalihkan hati yang berduka,
Pastilah kau akan suka,
Tetesnya mampu menghujammu dengan tawa.
By: Ri_HU
Tulungagung, 07 April
2015, 13:00
Kau dengar riuh mengerat,
Bersambut gerimis di tepian kilat,
Dengar dan tunggulah,
Rajut-rajut air mengerucut,
Membiusku dalam dinginnya hari,
Hembus
sang bayu,
Menerpa
tulang-tulangku,
Saksikan
dan temukan,
Riak-riak
gerimis meringis manis,
Menyuguhkan
patahan asa,
Beriring
lembutnya sang rasa.
By: Ri_HU
Pamekasan, 08 April 2015,
15:07
Akhirnya gerimis menyapa,
Membasahi bumiku,
Yang sejak dulu kering tanpamu,
Gerimisnya pelan,
Menetesi hati dengan perlahan,
Saat
gerimis ini turun,
Aku
teringat pada janji,
Janji
untuk mengisi setiap tetes dengan puisi,
Gerimis ini masih turun pelan,
Membasuh gundahku dengan perlahan,
Mari, mari kita rangkai puisi,
Sampai nanti,
Sampai dunia tak bermentari.
By: S_B
Kampus, 09 April 2015,
14:10
Gerimis mengurai arti siang ini,
Merambah pada hati yang tersisih,
Gerimis,
Padamu ku ungkap rasa,
Kegundahan yang menggeliat,
Daun-daun
gugur menyembur,
Mendung-mendung
menggumpal,
Menggulung,
Senada dengan denting yang kacau meraung,
Tinggallah aku dalam ketiadaan,
Sendiri,
Bersama secangkir kopi,
By: Ri_HU
Bandung, 11 April 2015,
18:53
Gerimis senja,
Kembali ia menyapa,
Teriring sepi,
Adzan mengumandang,
Gerimisku
semakin pilu,
Mengarah
jauh darimu,
Gerimisku
kaku,
Tak
mau mengadu,
Gerimisku terasa hambar,
Tak lagi romansa menebar,
Hanya kabar sebersit sesumbar,
Tak bertahan lama.
By: Ri_HU
Tulungagung, 12 April
2015, 16:30
Aku berhutang gerimis di awal petang,
Lalu berlalu hempasku di jalan,
Menggores tinta dekapku pulang,
Lambai
melambai jiwaku mengandai,
Awan
hitam berburu badai,
Ku
sapa kau dalam rajutan mimpi,
Berkalung
api asa menanti,
Ku kabarkan dalam balut do’a,
Bertahta rindu,
Berhimpit sepi,
Masih menanti.
By: Ri_HU
Plosokandang, 13 April
2015, 17:05
Gerimis menitikkan air matanya,
Mengulurkan tangannya,
Memutar sang waktu,
Mengingatkanku,
Gerimis
membuai senjaku,
Meliukkan
daun-daun gugur,
Berbaur
sang bayu,
Aku malu pada sang waktu,
Anganku tak terarah,
Pecah,
Aku bagai ranting kering,
Siap patah.
By: Ri_HU
Tulungagung, 16 April
2015, 16:10
Lihatlah gerimis ini,
Bersemayam sang bayu yang berlalu,
Rasakan perlahan,
Rintihan riaknya membiusku,
Disini
ada banyak jiwa,
Yang
membara,
Ledaknya
menggerutu,
Asap
hatinya membatu,
Aku melihat,
Kearah mesiu tak berbau,
Alirannya menghanyutkanku,
Lalu
rasakan gerimisku,
Beriring
kail-kail pilu menyerbu,
Tetes
gerimis memaksaku merindu,
Padamu
yang tak menahu.
By: Ri_HU
Suramadu, 17 April 2015,
12:56
Tetes gerimis menemani perjalananku,
Menghapus jejak langkah masa lalu,
Disini,
Diantara alunan musik yang syahdu,
Ku dendangkan sebait lagu rindu, untukmu,
Dengan
tetes yang masih ada,
Ku
lukis namamu di kaca,
Ku
abadikan hingga tak ada satupun,
Yang
dapat membaca,
Kecuali
kita.
By: S_B
Tulungagung, 17 April
2015, 14:41
Gerimis tersipu,
Ia antar pagiku dengan sendu,
Ia awali perjalananku,
Dengan candu,
Ia
juga menemanimu,
Kepulanganmu,
Ia
tak biarkan kau sendiri,
Ia
juga tak biarkan aku sendiri.
By: Ri_HU
Kepuharjo Malang, 18 April
2015, 15:41
Rimbun sang gerimis,
Tampak lugu,
Disini ada ekspresi, emosi, bahkan ambisi,
Aku
kembali pada sejatiku,
Masih
lugu,
Yang
hanya akan tahu,
Semenjak
itu,
Kau disana,
Adakah ingin ajari aku,
Mengenai diam yang membisu,
Sekedar
logika yang membatu,
Sulit
menyatu,
Dalam
kerangka bibirku.
By: Ri_HU
Tulungagung, 20 April
2015, 13:07
Goresan tintamu sejajar,
Sepercik jatuh,
Bening mengambang,
Rintiknya hujan,
Sesegar
embun seanyir tanah,
Setetes
gerimis butirnya pecah,
Sekelumit
pesan tak mau singgah,
Aku tak punya romansa,
Tak ada yang mampu tertuang,
Hanya biang-biang majaz tak berguna,
Yang mau hadir,
Tak sudi mampir,
Aku
selayak riak gerimis,
Tak
bermakna,
Ya...
tak punyai makna.
By: Ri_HU
Tulungagung, 21 April
2015, 17:17
Gerimis ini menaklukkan senja,
Menjadikan kelam tak terbantahkan,
Liuk-liuk bayu menari,
Menikamku yang terpasung sepi,
Aku
melihat bayangmu,
Mengarah
jauh di tepian kabut,
Ku
saksikan lagi bayangmu,
Abaikan
pilu,
Membelakangiku.
By: Ri_HU
Tulungagung, 22 April
2015, 15:07
Gerimis jatuh runtuh,
Membawa kabar sang bayu,
Riaknya melaju,
Mengulur arah sang waktu,
Aku
mundur,
Tak
mampu bertempur,
Tak
layak berlari maju,
Memburu
bayangmu,
Menyeruak asap-asap kelabu,
Berbinar riak-riak sendu,
Gemercik pilu,
Mengundang candu,
Yang berlalu.
By: Ri_HU
Tulungagung, 23 April
2015, 19:57
Langkah mungilku teriring suka,
Tiap hentak tersungging senyum,
Gerimis jail mengisi senja jalan,
Hempasnya mengayunkan bayangmu,
Di hadapanku,
Aku
tak mengahrap bertegur,
Tak
harap dapat berjumpa,
Dengan
sosokmu,
Yang
begitu terlampau jauh,
Dari
sosok ringkih ini,
Gerimisku bersua,
Bercerita tentangmu,
Dalam alunan angin malam,
Bersuka ria,
Tatap bayang-bayangmu di awang.
By: Tacin
Bandung, 24 April 2015,
14:50
Aku melihat dari balik rimbun daun,
Langit kelabu mendayu,
Membumbung siap mengguyur,
Gerimisku mulai bernaung,
Aku
menapak,
Langkahku
berpijak,
Ku
temui bayangmu
Diam
tak bertutur,
Tiada
senyum membentuk simpul,
Di balik lalu lalang riak gerimis,
Aku tersadar,
Siapa gadis kecil yang merindumu ini,
Tiadalah pantas,
Tiadalah benar.
By: Tacin
Bandung, 25 April 2015,
16:45
Adakah kau saksikan gerimis ini?
Ia turun dengan malu,
Membasahi desa kecilku,
Perlahan,
Ia
berikan tiap tetesnya padaku,
Ia
sisipkan senyum simpul untukku,
Ia
biarkan riaknya menggerutu,
Wahai sang pujangga,
Adakah kau masih mengingatku,
Gadis ringkih penunggu sisa bayangmu,
Disini,
Di kota rindu yang terbelenggu.
By: Tacin
Bandung, 26 April 2015,
10:40
Terik namun gerimis,
Itu yang terucap,
Angin dingin siap menemani,
Hembusnya tak terkira,
Tiada kehangatan mampu tercipta,
Sayup-sayup
lagu gerimis terngiang,
Mendendang
pelan,
Tenang,
Seirama
syair-syair yang kulantunkan,
Lalu kau?
Kemana kau pergi?
Kiranya benar,
Mungkin tak sudi,
Kau tak mau bermain lagi,
Kau acuhkan gerimis,
Kau biarkan ia menangis.
By: Tacin
Tulungagung, 27 April
2015, 23:53
Sedari tadi,
Duri gerimis menusuk,
Menyodorkan kertas,
Beribu gelas tinta,
Memaksa tuk tuliskan,
Ribuan sajak tak bermakna,
Adakah
dalam diam ku mampu terangkan,
Berjuta
kalimat tanpa tersurat,
Hanya
mampu tersirat,
Lewat
lembayung bayu,
Yang
senyap,
Aku begitu takut sadar,
Akui bayangmu memudar,
Makin berpendar tak berpenjuru,
Mengikut laju tiada alur,
Tak akan pasti,
Karena
yang pasti,
Hanya
Dia,
Penebar kasih,
Tak
pandang kasih,
Penawar
rindu,
Tak
pandang hulu.
By: Tacin
Tulungagung, 30 April
2015, 23:00
Seperti langit yang tak ku terka,
Tak mampu bangkitkan raga yang terlunta,
Aku mengharap rindu,
Sebagaimana kau tahu,
Pujangga,
Bukti
apa yang kau mau?
Agar
harapku mampu beradu,
Agar
bayangmu sudi temuiku,
Sedang aku, tiada bukti,
Tak ammpu yakinkanmu,
Gadis ini hanya punya rindu,
Tersimpan rapi untukmu.
By: Tacin
“Jangan menyimpan rindu terlalu lama. Rindu yang disimpan, hanya
jadi harap yang tak terungkapkan. Harap yang tak terungkapkan, hanya jadi beban
perasaan.” – S_B
Tulungagung, 01 Mei 2015,
16:10
Gerimis ini berpacu,
Mengawal masa mei yang baru,
Ku sambut lewat serumpun daun menggugur,
Jati-jati dan randu yang runtuh,
Lukis
membayang jatuh tersuguh,
Ku
abadikan lewat melodi syair yang beradu,
Gerimis
pisahkan nyata dan bayang,
Di pesisir langit lembayung petang,
Ketika aku terngiang, menantimu pulang,
Pun ketika kau tak sanggup datang,
Membawa sepucuk asa dan harapan.
By: Tacin
Kampus, 02 Mei 2015, 08:40
Gerimis fajar lembut bertutur,
Membangunkan sang dewa lelap tertidur,
Pertahananku hancur,
Bayu menghempas,
Bak siap bertempur,
Gerimis
ini hanya syair,
Pertanda
dunia belum berakhir,
Bahwa
waktu masih menggantung,
Dan
para kepompong masih menggulung,
Gerimis ini hanya sepercik,
Lewat langit mampu menitik,
Lewat kicau di balik bilik,
Gerimis masih menilik,
Gerimis
masih memainkanku,
Menggenang
di otakku,
Membuatku
mengkidung lagu,
Membuat
mereka cemburu.
By: Tacin
Tulungagung, 03 Mei 2015,
05:30
Percik gerimis menggoda pagi,
Mengayun, mengalun, bersenandung,
Merangkai sang embun,
Nyaliku
tertahan,
Pusaran
rindu masih mengguncang,
Tak
mampu ku kendalikan,
Meneysakkan,
Gerimisku memuara,
Pandang langit tak bersuara,
Geliat hening menampar mega,
Angin sembunyi dalam sunyi,
Menepikan diri.
By: Tacin
Pamekasan, 04 Mei 2015,
06:44
Gerimis ini menyambut pagiku,
Mengawali hari tanpamu,
Gerimis ini turun pelan,
Menyelipkan sebuah pesan:
“Bersabarlah dalam
penantian”
Semoga
gerimis akan lama menemani,
Sebagai
pengganti dirimu,
Yang
tak kunjung ada disisi,
Tapi,
Jika gerimis ini berhenti,
Aku akan memintanya untuk kembali,
Membawa senyummu yang ku kangeni.
By: S_B
Tulungagung, 04 Mei 2015,
17:20
Gerimis sedikit meresah,
Ia turun lalu menghilang,
Menemani dengan bimbang,
Perlahan sembunyi lalu datang,
Gerimis
sedikit bingung,
Ia
pahamkan pesan,
Namun
menjadikan rindu yang meragu,
Menjadi
kisah tak menentu,
Jika lewat gerimis pesan mampu sampai,
Maka segala pesan akan ku kirimkan,
Jika lewat gerimis rindu mampu tertuang,
Maka akan ada rindu,
Tiap gerimis menjelang.
By: Tacin
Tulungagung, 05 Mei 2015,
17:28
Kulihat gerimis siang tadi,
Membayangi puing-puing sepiku,
Siang menjadikan gerimis padam,
Dan angin menjadikan gerimis terbang,
Gerimis
ini menitikkan ribuan harap,
Tiada
arti,
Ribuan
pinta,
Tiada
terberi,
Gerimis cantik menawan kotaku,
Lembut manisnya menyerbu,
Menyajikan rindu,
Syahdunya memburu.
By: Tacin
Tulungagung, 12 Mei 2015,
19:16
Ia datang,
Dalam pekatnya malam,
Menampung angan,
Yang mulai putus,
Terhempas panas bara,
Ia
tersipu,
Menentang
hujan,
Yang
datang medahului,
Tanpa
permisi,
Dan kini,
Ku perkenankan diri,
Sampaikan salam,
Pada pemujamu yang lain,
Wahai
sang gerimis,
Pemecah
pilu,
Penabur
peluh rindu.
By: Tacin
Tulungagung, 18 Mei 2015,
22:52
Izinkan aku merindui,
Sajak-sajak gerimis yang kau tuliskan,
Merindu pada syair-syair romantis,
Yang kau lontarkan,
Bersama
tetes,
Yang
mampu menghujam jiwa,
Merindumu
bersama gemercik,
Yang
hangat menyapa,
Namun,
Aku hanya mampu merindu,
Sekedarnya hanya merindu,
Menyimpan segumpal pilu,
Dalam relungku,
Aku
tak akan mampu,
Mengundangnya
kembali,
Mengisi
kekosongan sendi,
Dengan
riak yang tiada henti,
Aku hanya mampu merindu,
Pada diam aku mampu mengadu,
Yang pada mentari,
Aku tak sudi membagi,
Setidaknya,
Izinkan
aku merinduimu,
Dan
sajak-sajak indahmu,
Bersama
rinduku pada gerimis,
Yang
kini, membuatku menangis.
By: Tacin
0 Comments