SIYAQ SEBAGAI
PENANDA DALAM TAFSIR BINT AL-SYATI’
(Mengenai
Manusia sebagai Khalifah dalam Kitab Al-Maqal fi Al-Insan Dirasah Qur’aniyah)
Rizka Hidayatul Umami
Email: Rizka_umami@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kecenderungan
kitab-kitab tafsir modern pada pendekatan tematik kini semakin nyata. Penelitian
yang dilakukan oleh H. Ahmad Ismail mengkaji sebuah kitab tafsir tematik Bint
al-Syati’ dalam Maqal fi al-Insan Dirasah
Qur’aniyah, khususnya tentang manusia yang diciptakan sebagai khalifah di Bumi. Penelitian ini diarahkan pada upaya memahami konsep
siyaq sebagai sumber makna dan
peluang mengembangkannya, sehingga diharapkan dapat memunculkan strategi tafsir
berbasis teks yang ketat dalam memanfaatkan
siyaq. Objek kajian dalam penelitian ini adalah penggunaan
prinsip operasional tafsir oleh Bint al-Syati’ sebagaimana usulan Amin
al-Khuli, terutama pada prinsip fahm dalalat al-alfadz dan fahm asrar
al-tabir.
Metode
tafsir Bint al-Syati’ kemudian ditimbang dengan pendekatan semantik yang
menekankan pada pentingnya konteks tekstual dan konteks situasional sebagai
sumber makna. Hasilnya adalah sebuah refleksi tafsir yang menggunakan fungsi siyaq sebagai sistem struktur bahasa
dan sebagai sistem makna. Pada tahapan berikutnya diharapkan makna kontekstual
ayat dapat tertangkap. Jika dapat diterima oleh semua golongan, penelitian ini
dapat mewakili upaya merekonstruksi
aspek-aspek kontekstual yang mengiringi teks suci Al-Qur’an, dari teks lisan ke
teks tertulis.
Kata
kunci: Siyaq, konteks tekstual,
konteks situasional.
Khazanah Quraniyah |
PENDAHULUAN
Dalam
penelitian mengenai Siyaq yang
dijadikan penanda dalam Tafsir Bint al-Syati’, Al-Qur’an diposisikan sebagai
sebuah teks, maka harus ada penegasan kembali perlunya memahami kontekstualitas
Al-Qur’an
tersebut. Menurut Gracia, Al-Qur’an sebagai teks secara faktual adalah
“serangkaian entitas yang digunakan sebagai tanda-tanda yang dipilih, ditata,
dan dimaksudkan oleh author dalam konteks tertentu untuk menyampaikan beberapa
makna tertentu kepada audiens.” Artinya bahwa Al-Qur’an telah lengkap
mengandung beberapa pilar yang terlihat nyata. Dalam hal ini ada author, yaitu
Alloh SWT. Alloh yang memilih dan menata rangkaian entitas yang kemudian
digunakan sebagai tanda dengan cara tertentu. Kemudian adanya pilihan dan
penataan yang bertujuan menyampaikan makna tertentu kepada audiens dalam
konteks yang tertentu pula.
Corak
dan metode tafsir telah mengalami perkembangan sejak masa awal kemunculannya.
Usaha-usaha untuk mencari metode-metode baru yang dianggap lebih menjamin
pemahaman yag benar atas ayat-ayat Al-Qur’an telah gencar dilakukan. Fokus
penelitian buku karya H. Ahmad Ismail ini mengarah pada kemampuan hermeneutis
yang dimungkinkan oleh linguistik sebagai suatu metode tafsir dan semantik
sebagai pendekatannya. Beberapa sumber teoretik pun dijadikan sebagai acuan
untuk menganalisis lebih jauh mengenai cara dan pendekatan yang dipakai
Al-Qur’an ketika menyampaikan pesan-pesannya dalam suatu rangkaian ayat.
Biografi
Bint Al-Syati’ dan Karyanya
Aisyah Abdul ar-Rahman
atau yang lebih akrab di kenal dengan Bint Al-Syati’ ialah seorang mufassir
perempuan yang lahir di kota Dimyat, pesisir sungai Nil daerah utama Mesir pada
6 November 1913. Ia dilahirkan di tengah keluarga yang religius dan
konservatif. Ayahnya bernama Abdurrahman dan ibunya bernama Farida Abdursalam
Muntasyir. Kecintaan Bint Al-Syati’ pada studi Al-Qur’an di mulai ketika ia
mengikuti kuliah tafsir di Kairo yang di bawakan oleh Proffesor Amin Al-Khulli
pada 6 November 1936, yang kemudian menjadi suaminya pada tahun 1945, dan
dikaruniai tiga orang anak. Dua tahun kemudian ia mendapatkan gelar magisternya
dengan tesis yang berjudul al-Hayah
al-Insaniyyah ‘Inda Abi ‘Ala.
Pada tahun 1950, Bint
Al-Syati’ diangkat menjadi kepala Rektor di Universitas ‘Ain Syams, dan
akhirnya menduduki profesor penuh untuk Sastra dan Bahasa Arab pada Universitas
yang sama tahun 1967. Aisyah Bint Al-Syati’ wafat pada bulan Desember tahun
1998, pada usia 85 tahun karena serangan jantung. Tulisan terakhir yang sempat
diterbitkan oleh koran Ahram berjudul “Ali bin Abi Thalib Karramillahu Wajhah”
tanggal 26 Februari tahun 1998. Seluruh karya-karya Bint Al-Syati’ telah
menjadi saksi kehebatannya sebagai seorang mufasir perempuan. Metode tafsir
yang beliau kembangkan telah banyak menjadi rujukan metode penafsiran
kontemporer. Di samping karya terakhir yang diterbitkan di atas, terdapat 60 karya
Bint Al-Syati’ yang dipublikasikan. 60 karya tersebut diantaranya yaitu Al Gufran li Abu al-A’la al-Ma’ari
(1950), Ard al-Munjizat, Rihlah fi Jazirah al-‘Arab (1956), Manhaj al-Dirasah al-Qur’aniyah (1956), Maqal fi al-Insan: Dirasah Qur’aniyyah
(1969), dan lain-lain.
Siyaq
dan Fungsinya
Secara
etimologi siyaq (konteks) merupakan
bentuk masdar dari kata saqa-yasuqu
yang artinya ialah menggiring. Meskipun siyaq
banyak dibicarakan, namun dalam kitab-kitab klasik tidak ditemukan
pembahasan secara khusus yang mendefinisikan siyaq. Menurut al-Bannani siyaq
ialah hal yang menunjukkan maksud pembicara, baik berupa kalimat yang
sebelumnya atau sesudahnya. Sedangkan menurut al-‘Attar dalam pembahasan yang
lain mendefinisikan siyaq sebagai hal
yang menjadi maksud disusunnya suatu kalimat.
Berdasarkan penjelaskan
ke dua tokoh tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siyaq ialah rangkaian dan koherensi kalimat atau situasi
pembicaraan yang dapat menunjukkan atau memperjelas maksud pembicara. Konteks
sebagai salah satu instrumen tafsir telah menjadi kajian ulama setidaknya sejak
masa al-Syafi’i. Bahkan praktek penggunaan siyaq
(konteks) dalam tafsir sebenarnya juga telah dilakukan Rasulullah SAW dan para
Sahabat.
Ada enam fungsi siyaq sebagai penjelas makna, yaitu
memperjelas hal yang masih global, menetapkan salah satu makna di antara
berbagai kemungkinan makna, menguatkan hal yang sudah jelas, membatasi cakupan
kalimat yang general (takhsis al’am), membatasi kalimat yang absolut, dan
menganeka-ragamkan makna. Enam fungsi tersebut kemudian dijabarkan menjadi
banyak kaidah tafsir, diantaranya yaitu suatu penafsiran tidak boleh
bertentangan dengan makna kontekstualnya, konteks dapat membatasi cakupan
kalimat general, dan konteks dapat menentukan kata ganti orang ke tiga.
Metode
Siyaq Bint Al-Syati’ dalam Maqal fi al-Insan: Dirasah Qur’aniyyah
Sebenarnya metode siyaq yang dipraktekkan oleh Bint
al-Syati’ ini adalah hasil dari pendekatan analisa sang suami yaitu Amin
al-Khulli. Menurut Amin, menganalisis Al-Qur’an tidak boleh jika hanya dari
tekstualnya saja, akan tetapi haruslah menggabungkan dua perangkat analisis,
yakni Dirasah maa haul Al-Qur’an (meliputi
setting historis, kultural, dan kritik sejarah
pada saat wahyu diturunkan) dengan Dirasah
fi Al-Qur’an Nafsihi (menitik beratkan pada struktur kata dan kalimat, gaya
bahasa, relasi sintagnasi, dan paradigmatis kata).
Akhirnya
kedua pendekatan Amin al-Khulli ini dipraktekkan dengan baik oleh Bint
al-Syati’ dalam Maqal fi al-Insan:
Dirasah Qur’aniyyah. Menurut Bint al-Syati’ kata Nas dan Insan, meskipun
memiliki makna dasar berbicara tentang manusia, ternyata memiliki konsekwensi
makna relasi yang berbeda yakni manusia sebagai makhluk budaya dan kreator peradaban.
Begitupun kata al-Basyar yang
mempunyai arti manusia dalam pengertian biologis, sama seperti makhluk lain
yang melakukan aktifitas biologis.
PENUTUP
Amin al-Khulli telah
berjasa dalam memperkenalkan teori penafsiran secara sistematis, namun tidak mencoba
menerapkan pemikirannya sendiri ke dalam bentuk penafsiran al-Qur’an. Justru
istrinyalah yaitu Bint al-Syati’ yang merealisasikan gagasan-gagasannya dalam
bentuk penafsiran. Aisyah Bint al-Syati’ telah membuktikan dirinya sebagai
mufassir yang kompeten dalam bidang tafsir terutama tafsir filologi. Dengan
menggunakan metode siyaq (konteks)
dalam menafsirkan al-Qur’an, diharapkan al-Qur’an tidak hanya dapat dipahami
secara teks saja, akan tetapi juga secara kontekstualitas ayatnya, baik konteks
tekstual maupun konteks situasionalnya.ketika nantinya dapat diterima oleh
semua golongan, penelitian ini dapat mewakili upaya merekonstruksi aspek-aspek kontekstual yang
mengiringi teks suci Al-Qur’an, dari teks lisan ke teks tertulis.
DAFTAR
RUJUKAN
Ismail Ahmad. 2012. Siyaq Sebagai Penanda Dalam Tafsir Bint Al-Syati’. Jakarta:
Kementerian Agama
0 Comments