Dikehendaki
atau tidak, perkembangan teknologi telah membawa Mobile Legend (ML)
masuk di tengah-tengah pasar. Mungkin tidak hanya ML, sebelumnya ada Clash
of Clans (COC), Garena AOV, Clash Royale, dan Crisis
Action, yang benar-benar telah berhasil menggeser permainan konvensional
dari lingkungannya.
Game online
dan angkringan atau warung kopi, kini ibarat dua pasangan baru yang lengket.
Keduanya sedang menjelma jamur di musim hujan, tumbuh subur. Setiap angkringan
dan warung kopi yang kusinggahi, tidak ada yang tidak menawarkan wifi gratis. Tak
khayal, banyak orang sepertiku yang tanpa diminta sudah berkerumun di setiap
warkop, demi menikmati fasilitasnya, terutama untuk bermain game.
Pernah
suatu malam, bersama dengan ketiga teman, kami ngopi di salah satu warkop. Tempatnya
nyaman, bergaya klasik, ramah perempuan, dan tentunya layak untuk harga
mahasiswa. Kami memilih kursi di salah satu sudut ruangan agar bisa menikmati
segala sisi kedai yang saat itu, hampir penuh.
Sepuluh
menit setelah kedatangan kami, menu yang kami pesan sampai. Dua nasi goreng
spesial, dua mie goreng jumbo, dua es cappuccino, dan dua jeruk panas. Kami
lantas melahapnya selagi cacing-cacing di perut kami belum meronta-ronta.
Makan
malam yang berkesan, karena kami bisa menikmati seluruh hidangan dengan biaya
ala kantong mahasiswa, 15 ribu per orang. Setelah acara penggemukan malam itu rampung,
piring-piring dibawa pergi oleh pelayan, yang tidak terlalu mampu menawakan
jasanya dengan senyuman.
Kami
pun mengobrol, ngalor ngidul tidak jelas dan memenuhi seisi ruangan
dengan gelak tawa tak berkesudahan. Pertemuan kami malam itu memang terkesan
berbeda, mengingat kami tidak pernah bertemu selama hampir setahun karena
kesibukan masing-masing.
Kami menganggap pertemuan malam itu adalah quality
time yang harus benar-benar dimanfaatkan. Prinsip kami, mengambil peribahasa
perancis, “L'heure,
c'est l'heure; avant l'heure, c'est pas l'heure; après l'heure, c'est plus
l'heure.” Sederhananya berarti
waktu yang kami miliki adalah saat ini, bukan sebelum, apalagi sesudah.
Nah...
tapi agaknya prinsip kami sudah mulai usang, tidak sama dengan prinsip
orang-orang yang ada di sekeliling kami. Apa buktinya? Setelah dua jam di
angkringan itu, kami mulai mengamati pergerakan orang-orang yang lalu lalang.
Ada
sepasang muda-mudi datang kemudian memesan beberapa menu. Mereka duduk tepat di
samping meja kami. 15 menit, sembari menunggu pesanan mereka datang, mereka
asyik mengobrol, seakan dunia milik mereka berdua. Seperti mereka tidak mengizinkan
orang-orang lain tinggal di planet yang sama dengan mereka.
Kami
merasa iri, mengingat kami berempat waktu itu menyandang status yang sama,
jomblo. Duhh... Jelas kami tidak kebagian tempat, untuk sekedar mampir di
sela-sela mereka.
Ketika
pesanan sudah diantar, mereka melahapnya segera, suap-suapan, laiknya pengantin
baru di singgahsana raja dan ratu semalam. Tidak ketinggalan, mereka mengabadikan
momen mereka di Vlog, dengan iringan lagu dari Iwan Fals, “kemesraan ini,
janganlah cepat berlalu. Kemesran ini, ingi kukenang selalu. Hatiku damai
jiwaku tenang di sampingmu…” yaa… dengan berat hati kami sama-sama
mendoakan, semoga langgeng.
Tapi
yang membuat kami heran, setelah mereka menghabiskan makan malamnya, tidak ada
lagi percakapan di antara mereka berdua. Masing-masing sibuk mantengin
gadgednya. Si cowok sibuk nge-game, dan si cewek sibuk bales chat di Line.
Tidak
main-main, 20 menit berjalan, mereka tidak saling menegur. Si cewek yang sudah
lebih dulu merasa kehilangan momen kebersamaannya, hanya memandang si cowok
dengan malas. “Lagi ngapain sih?”
“Bentar,
dikit lagi War.”
“ML
lagi?”
“Iyaa,
bentar ya sayaaang... Nanggung ini.”
Lima
menit, tik tok tik tok... Sepuluh menit... Sampai akhirnya kami berempat
memutuskan untuk memesan beberapa snack ringan dan kopi hitam cangkir.
“Sayaang...
Kita jarang ketemu loh.”
“Iyaa
beb, ada apa? Kan ini udah ketemu.”
“Iyaa
masak kamu tinggal maen game, kan ntar di rumah masih bisa.”
“Bentar
dong sayaang, nanggung ini kalo nggak diselesaiin. Bentar yaa bentar.”
Sampai
snack kami, si jamur crispy yang tiga piring habis, ludes tertelan, permainan
itu belum juga ia selesaikan. Sedang si cewek sudah mulai bosan dengan pertemuan
mereka malam itu.
Di
meja yang lain, kami melihat beberapa orang sibuk mantengin gadgetnya, sesekali
bercakap, hanya bertanya, “Sampai level berapa?”
Kami
merasa ada banyak hal yang bergeser tentang hakikat warung kopi, pertemuan, dan
ngopi itu sendiri. Kami yang sangat sibuk mengatur waktu untuk bisa
bertemu, benar-benar menjadikan setiap waktu menjadi berkualitas, tidak peduli
berapa lama, bahkan meski hanya satu menit.
Sedang
mereka disini, ngopi dan pertemuan itu justru hilang esensi ketika hanya
menghasilkan war. Contohnya si mbak ini, kami menerka-menerka, mereka
adalah pasangan LDR, jelas jarang ketemu, eh sekali ketemu, ditinggal nge-game.
Bayangkan
dong gaees, gimana perasaannya. Pertemuan mereka seperti tidak
berguna sama sekali. Quality time yang diharapkan si cewek muspro.
bayangkan kalau setiap quality time kalian juga muspro laik yang mereka
alami?
Game tidak
pernah salah. Kehadirannya adalah salah satu bukti bahwa kita punya peradaban
yang terus melesat. Tapi orang yang nge-game tanpa melihat, memperhatikan,
dan menyadari, situasi wa kondisi di sekitarnya, mereka benar-benar
bermasalah.
Jadi
pesanku sama temen-temen, jangan bikin quality time kalian sama
keluarga, temen, sahabat, pacar, dan lain-lain muspro cuma gara-gara game. Ingat,
waktu kita adalah hari ini, bukan kemarin, apalagi besok.[]
0 Comments