“Bahkan mereka yang udah nglonthok soal gender, paham soal latar belakang dan semangat yang dibawa kaum feminist, udah sering belajar soal HAM, justru bisa jadi yang paling dominan melakukan tindak pelecehan. Bukan karena kesadaran palsu, pengetahuan mereka “seakan-akan” jadi alibi untuk mendapatkan lebih banyak ruang tanpa mendapat penghakiman.”
***
Koes, kita lanjutkan. Maaf kamu tadi bicara soal?
Nur belum kembali. Berita terakhir yang kudapat, ia bahkan
belum mendapat keadilan. Ini waktu sudah tak cukup buat kehidupan, lebih buruk
soal napas lanjutan. Aku usulkan, bagaimana kalau kau yang menangani putusan
itu? Biar Nurku bisa pulang, Ruk. Kita sudahi perseteruan kita yang tak penting
ini.
Aku bisa saja. Tapi siapa aku? Yang tanpa pembesar-pembesar
bukan apa-apa. Hubungan baik mudah saja, Koes. Tapi urusan ini jelas beda soal.
Jagad media terlampau oportunis untuk bisa kita percayai sepenuhnya. Tapi
mungkin ditempatku tak semengerikan itu. Kau bisa. Hanya satu hal, kau sepakat?
Kau mau mulai dari siapa, Ruk? Di sini aku jadi gagap teori,
tidak punya lebih banyak ruang untuk bisa menjelaskan keadaan tak menyenangkan
ini. Aku hanya sepakat ini terlalu disepelekan. Mereka abai. Bagaimana mungkin
aku menyangkal tanpa bukti yang sudah "diberangus?"
Akan kuurus itu nanti. Selebihnya kita harus menaruh banyak
ranjau, untuk mengelak dari tuduhan menggunjing. Ah, kita harus siap-siap
menerima tudingan melecehkan, atau bisa-bisa kita juga dapat pasal pencemaran
nama baik. Hati-hati kau, Koes. . .
Aku tidak kemana-mana, Ruk...
Manusia harus selalu berhati-hati, Koes. Terutama jika
berhadapan dengan pikiran dan perbuatan sendiri. Bukannya aku tidak percaya
padamu, cah bagus. Tapi sesiapa saja, bisa memiliki kemungkinan yang sama,
melakukan pelecehan. Sebab pelecehan ada banyak rupa, termasuk kata-katamu
tempo hari yang seksis, tanganmu yang tidak berhenti menyentuh
perempuan-perempuan tanpa ijin.
‘Kan
kita temen’ …
Kebanyakan
perempuan, termasuk aku, Koes lebih banyak diam dan menerima (seakan pasrah)
ketika mendapatkan perlakuan-perlakuan yang melecehkan. Bukan karena kami tidak
tau itu adalah bentuk pelecehan, tapi karena kami (lebih seringnya) tidak
mendapat ruang untuk mengatakan itu pelecehan, kemudian mendapat perlindungan.
Alih-alih
mendapat perlindungan, banyak dari kami justru menjadi korban untuk yang
kesekian kali. Dengan banyaknya pertanyaan rasis atau malah seksis yang
ditujukan. Selain itu, ketika berada pada posisi dilecehkan, pikiran berontak
yang selalu hadir dengan terpaksa kami tutup karena rasa takut dan putus
asa yang terlalu besar. Dominasi lagi-lagi membuat kami merasa tidak punya daya
untuk melawan.
Itu
tidak hanya kami alami satu dua kali, Koes. Berulang-ulang kali, bukan dengan
orang baru. Bahkan kebanyakan yang melakukan pelecehan kepada kami adalah
orang-orang yang dekat dan sudah mengenal kami bertahun-tahun. Mereka
menganggap itu hal biasa. Dan yaa... Seperti katamu, atas dasar 'kita kan temen' semua seakan wajar-wajar saja
tanpa bertanya terlebih dulu, tanpa kesepakatan apapun.
Aku
tidak tau bagaimana jaring-jaring mulai menyelinap
Sangat
tipis dan kamu tidak akan menyangka itu sewarna kelam
Hari-hari
berikutnya kita tenggelam bersama
Kita
menikmati keadaan lain
Melupakan
pelajaran lain dan hari-hari jadi sependek itu
Mungkin,
menjadi sangat intim
Katamu,
dan kala itu tak satupun hal kutolak
Katamu,
dan satu-satu mulai kuperdebatkan
Kau
mulai jadi penguasaku
Kita
beranjak kehilangan seluruh ruang
Tak
sedapatnya bicara
Hari-hari
jadi kian buruk
Tamparan
demi tamparan atas ketidaksetujuan
Apa-apa
kau layangkan sebagai kewajaran ujaran
Ini
salah ... Ini salah ... Tapi ini jadi benar
Tapi
tak semudah itu berkata TIDAK
Dan
belenggu? jadi punya banyak sudut
Tempat
para pesakitan dikurung, dikungkung
Ini
ruang jadi makin pengap
Sial
! Tak bisa teriak, tak bisa meraung, tak bisa menyepah apa-apa
Tak
ada yang tau, sesiapa
Bagimu
dan sekawananmu jadi kuasa mutlak
Ini
laik sangkar
Dan
tak ada yang bisa selamat dari jerujinya
Tapi,
Koes... Kalau kau ingin selamatkan Nurmu, harusnya kau bisa ikut berjuang
menghentikan sekawanan kita melakukan hal yang sama-sama tergolong melecehkan,
dalam bentuk apapun. Demi keadilan yang musti tegak, demi manusia yang setara
dan demi kemanusiaan yang terus kita upayakan.
#stoppelecehanseksual
#Kampanye16hariantikekerasanterhadapperempuan
0 Comments