Menjarah
Sonokeling
Sembilan
satu Sonokeling dijarah pagi buta
Menyisakan
tunggak dan luka nganga
Bocah-bocah
yang main mengambil jarak
Orang-orang
tua tak mau ambil perkara
Sonokeling
diangkut tanpa perlawanan
Sembilan
satu jadi rentetan angka rupiah
Tapi
habis di mangsa penjarah
Kalau
Sonokeling jadi ibu
Tak
pelak dipeluk bapak dan bapak-bapak tukang balak
Untung
Sonokeling bukan ibu
Tapi
Sonokeling tak bisa kalau bukan jadi ibu
Tempat
anak-anak ngumpet dan mendaras falsafah bumi
Sampai
jadi besar dan angkuh
Memerkosa
ibu jadi gagang payung dan perabot rumah siap huni
Mengandai-andai
Sonokeling jadi ibu
Dinaturalisasi
rejim Orde Baru
Jadi
penguasa dapur, tirani sumur, objek di kasur
Tapi
ibu juga adalah Sonokeling
Sumber
hidup, piwulang eling
Tempat
jasad anak tumbuh, mengabdi, belajar pekerti
Memeluk
ibu, memeluk Sonokeling.
Bertuah
dan Punah
Sejak
arloji jadi penanda waktu paling pakem
Bapak
tak pernah rela masanya terbagi
Pagi-pagi
mengasah kapak meninggalkan rumah tanpa sarapan nasi
Dikayuh
sepeda jengki dua lima kilometer
Menantang
subuh
Demi
bertemu kekasih, tujuh Sonokeling
Sonokeling
bapak yang bertuah, ber-uang pula
Menyembuhkan
orang-orang dari mitos modernitas
“Cukup
dipeluk, cukup dipeluk.” Kata Bapak
Kalau
orang datang ke rumah minta disembuhkan sakitnya
“Cukup
dipeluk, cukup dipeluk.” Ulangnya
Nanti
bapak bacakan jampi-jampi
Tuah
Sonokeling bapak sampai ke telinga petinggi negeri
Ditawarnya
kekasih-kekasih bapak pakai harga paling tinggi
Bakal
diramu rakit Sonokeling itu jadi properti
Tuahnya
jadi bakal nyalon kedua kali
Tapi
bapak tak rela cintanya terbagi
#
Dua
pembalak ditangkap
Setelah
dokumen-dokumen keburu dicuci
Hasil
identifikasi kadaluarsa
Sebab
tukang jarah kongkalikong sama tukang investigasi
Bapak
kini tak pernah pakai arloji
Sebab
waktunya habis dipecundangi para pencuri
Sonokelingnya
yang bertuah sudah punah
Tak
bisa dapat sisa dari pabrik properti. []
Yogyakarta, 29 Nopember 2019
0 Comments