Koes, aku ingin berbagi berita.
Laporan demi laporan yang membuatku geram, gagal paham.
Bertia mengerikan, momok buat setiap anak dan perempuan.
Pihak sekolah dilapori, beberapa orangtua memaksa anak-anak bercerita, takut anak-anak mereka mengalami hal yang sama. “semua, satu kelas. Ini harus dilaporkan.” Kata satu wali murid memberi tahu semua orangtua murid yang duduk di kelas tiga, sesuai pengakuan dan cerita si anak.
Tidak ada berita lebih lanjut soal dua polisi yang katanya berhasil diringkus. Tidak ada yang bertanya apa ganjaran yang pantas diterima dua orang itu. Tidak ada yang paham pasal mana yang ditimpakan pada keduanya. Tidak ada tindak lanjut? Sebulan kemudian, tidak ada yang mengira, mereka masih bebas bekerja. Seperti tidak pernah terjadi kasus yang menjerat keduanya. Sekali lagi, seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Laporan demi laporan yang membuatku geram, gagal paham.
Bertia mengerikan, momok buat setiap anak dan perempuan.
Seorang guru agama dilaporkan
oleh beberapa wali murid, diduga telah mencabuli siswa kelas tiga sekolah dasar
ketika jam pelajaran pendidikan agama berlangsung. 2017 silam. Diambil dari
sebuah berita, media nasional. Dalihnya edukasi reproduksi. Anak-anak itu
dilarang bercerita, apa yang mereka alami pada orang-orang di luar kelas. Hampir
satu semester tindakan itu dilakukan. Puncaknya satu siswa terisak-isak setelah
sampai di rumahnya.
Seorang ibu bertanya, “kau kenapa
menangis? Jatuh dari sepeda?” Tapi si bocah tak menjawab. Masih terus
menangis sampai keesokan harinya berani bercerita segala apa yang dialami di
sekolah, di jam-jam pelajaran pendidikan agama.
Jogja Politan |
Pihak sekolah dilapori, beberapa orangtua memaksa anak-anak bercerita, takut anak-anak mereka mengalami hal yang sama. “semua, satu kelas. Ini harus dilaporkan.” Kata satu wali murid memberi tahu semua orangtua murid yang duduk di kelas tiga, sesuai pengakuan dan cerita si anak.
Pihak sekolah meminta maaf
dan berjanji segera mengadakan rapat luar biasa untuk memutuskan langkah
selanjutnya. Satu bulan belakangan diketahui si guru pendidikan agama tidak
jadi diberhentikan. Klaim yang beredar mengatakan sudah terjadi kesepakatan
damai antara wali murid dengan guru dan pihak sekolah yang bersangkutan.
“tapi ini pelecehan. Korbannya
tidak hanya satu. Dilakukan tidak cuma sekali. Harus diproses hukum. Kita harus
laporkan, pak-bu. Anak-anak itu juga butuh penanganan lebih lanjut. Kita adalah
pihak yang bertanggungjawab dan guru itu harus dipecat. Kita tidak boleh
berdamai dengan penjahat yang mengambil hak anak-anak didik kita. Kita mesti
tegas!” kata
seorang guru bantu yang ingin mengusut kasus lebih lebih lanjut.
Dua hari berselang, surat
pemberhentian itu dilayangkan. Bukan kepada guru pendidikan agama yang
melakukan tindak asusila, tapi pada guru yang menolak tunduk pada keputusan
rapat, yang diberi embel-embel luar biasa.
2019, diambil dari satu media
nasional, dua polisi berhasil diringkus setelah dilaporkan beberapa warga. Laporan
yang masuk menyatakan dua polisi berusia 28 dan 32 tahun itu telah melakukan
pelecehan terhadap bocah perempuan berusia 10 tahun. Pelecehan dilakukan di
kantor polisi, di jam makan siang. Tiga hari pasca bocah kecil itu mendiami sel
anak karena dituduh mencuri uang tetangganya.
Matanya masih sembab dan napasnya
belum juga teratur. Tidak ada saksi mata yang dipanggil, tidak ada proses hukum
atau gelar perkara dan lain-lain. Si bocah tertuduh ditendang begitu saja ke
sel. Tidak ada yang mendiamkan rengekannya. Sampai habis tiga hari dua malam
dan setelahnya, dua polisi itu mengambil paksa masa-masa jadi kekanaknya yang
riang.
Lalu genap 10 hari, baru si
bocah perempuan dibebaskan. Tapi sudah hilang senyumnya. Tatapannya kosong dan
takut dan ia mematung di sudut luar kantor, sampai ketua RT datang menjemput
dan mengantarnya pulang, ke rumah orangtua yang dipaksa kehilangan daya, untuk menolong si anak malang.
Orbit Digital |
Tidak ada berita lebih lanjut soal dua polisi yang katanya berhasil diringkus. Tidak ada yang bertanya apa ganjaran yang pantas diterima dua orang itu. Tidak ada yang paham pasal mana yang ditimpakan pada keduanya. Tidak ada tindak lanjut? Sebulan kemudian, tidak ada yang mengira, mereka masih bebas bekerja. Seperti tidak pernah terjadi kasus yang menjerat keduanya. Sekali lagi, seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Ini kali lain, beberapa masih
merayakan tahun baru 2020. Liburan yang diisi dengan riuh tawa dan foya-foya. Tapi
sudah ada laporan dari seorang bapak, dua polisi telah melakukan pelecehan
seksual terhadap bocah laki-laki berusia 12 tahun. Tindakan itu dilakukan di
kantor polisi pada jam istirahat, sekira 12.40.
“bagaimana anak bapak bisa
sampai kantor kami?”
“pulang sekolah memang lewat
sini, pak. Trus katanya disuruh X mampir mau dikasih bingkisan.”
Setelah debat panjang,
barulah laporan diterima, “akan segera kami proses.” Kata petugas yang
tengah berjaga, meyakinkan. Sedang si bocah trauma berat, malu bersanding dengan
teman-teman bermainnya, menangis sampai merah sembab dan tidak berani keluar rumah
lagi. Seminggu berlalu, bapak kembali ke kantor polisi minta
pertanggungjawaban, “masih kami proses, mohon ditunggu.”
Tapi tidak ada yang mengira setelah
sebulan, polisi yang dilaporkan tetap melakukan kegiatan seperti biasa, piket
sebagaimana hari-hari sebelumnya. Seperti tidak pernah ada laporan yang
memberatkannya. Seperti tidak ada apa-apa. Sekali lagi, tidak terjadi apa-apa.
[]
0 Comments