Harusnya kau menikmati duniamu, tanpa merengek iri kepada mereka yang punya lebih banyak waktu, untuk fokus daripada kunyuk sepertimu. Harusnya kau menikmati apa-apa yang sekarang tengah kau jalani. Bukankah itu atas kebaikan yang semesta berikan?
ms.pngtree.com |
Kau
bisa menikmati hari-harimu yang luang dan sering kau sia-siakan. Menikmati kemalasan dan kekanak-kanakanmu
yang kadang membuat orang lain jengkel.
Kau
harusnya menikmati dirimu ketika sangat hening, yang tidak sudi mengungkapkan
apapun di hadapan orang lain. Kau kan menikmati kengerian mereka ketika
ketakutan, karena tidak berani visualisasi diri.
Kau
menikmati semuanya, keegoisanmu, labilmu, kegilaan imajimu, banalitasmu yang
tidak akan bisa mereka terka.
Seharusnya
kau juga menikmati keganasan pikiranmu ketika menghasrati sesuatu. Toh, semua hal
tidak perlu sesuai dengan pakemnya. Tidak perlu segala sesuatu jadi kebenaran
yang dipercayai banyak orang.
Sesekali
perlu liar, yang di luar kebiasaan, yang di luar adat semua orang. Di sini
seharusnya otak bisa berpikir lebih arogan dari lakon orang-orang yang terpaku
pada siklus yang sama.
Tidak…!!!
Tidak
harus semua hal terfokus pada hal yang sama. Tidak harus setiap manusia punya
cita-cita jadi peneliti atau dosen atau bekerja setelah kuliah, atau menikah
setelah sekolah atau memburuh pada budaya-budaya itu. Tidak harus.
Pikiran
mainstream mengatakan demikian, tapi tidak bagi perempuan-perempuanmu. Mereka
punya santun sekaligus otak yang ganas. Mereka lebih memilih gelisah ketimbang
memikirkan sesuatu yang sudah pasti, seperti rencana A,B,C enz...
Tapi
kegelisahan pun kau batasi lagi, pada akhirnya. Lalu benteng-benteng itu
kembali kau bangun di sekeliling rumah. Sedang rumahmu kosong dan hanya riuh saat
hari raya tiba. Seharusnya, tapi kau memilih menyingkirkan diri dari mereka.
Oh... Bisakah
kita tidak mengenal siapa-siapa dan hidup untuk melenyapkan diri saja?
0 Comments