Kalau
mereka yang duduk di kursi-kursi
memegang secarik kertas berisi puisi
membacanya memberitakannya
Ingat-ingat
lagi
Sejak
kapan berani bersinggung sapa
dengan puisi?
dwiarif07.blogspot.com |
Ia sejarah panjang
Barang bukti dan saksi
Ia bentuk segala luka dan kita
yang dipaksa kehilangan
Tapi
menolak lupa
Kalau
mereka duduk di kursi-kursi
membaca secarik kertas puisi
tanyakan lagi
Puisimu
buat siapa
Kalau bukan golongan sendiri…?
16
Mei 2020
Untuk
Jumat
yang lapar dan
serak suara
yang kehilangan bau
ibu dan tanah basah
kau
masih
jadi ejaan
kekal
dirundung kesah
10
Juli 2020
Aku
mengambil seloki
Di akhir perjamuan dengan kekeliruan
dan kesialan
Mengenali
banalitas di sisa hidup yang pelik
Menutup
rapat-rapat bau busuk
dua manusia
Ingin
kuungkap
Buat apa?
13
Juli 2020
Aku
pulang yang tergesa-gesa
Memberatkan
kepala dan tetes darah melewati dua liang
Lubang hidung dan bola mata
Lalu
menggerutu di sepanjang jalan
Mengacaukan
sisa perjamuan
Menceracau dan berontak
Sampai
aku di tanah keluarga
Mengulangi
ritual pagi dan petang
Disambut detak retak
Siluet
melintang
Kaca-kaca dan sabetan.
16
Juli 2020
Biar
apa
Mengunci
rapat dan menunggu
yang terabar di kaki-kakimu
Koyak
dan capaiku
Dan
hidup-hidupmu yang mencapak manusia
senasib aku
Biar
apa aku
Mencari
sisa heningmu
yang ditimbun dialog-dialog usang, basi
Biar
apa
aku patah sekali-kali, lagi.
17
Juli 2020
0 Comments