Tanganmu mencengkeram langkah menjepit dua kaki dan mundur
Masih
ada sisa cabai di sela gigi selesai perjamuan
dan
pergi melesat
kau
bohong lagi sekian kali
tapi
bau napas yang lain-lain itu
tidak sampai membiarkan si tua melihat gelagatmu
kau
bohong lagi dan berjalan
lirih
ke gerbang sekolah
mencuri
ijin satpam biar tidak sampai curiga
kau
mengayunkan tas kecil merah muda
di
depan restoran pecinan
membiarkan
lelaki lain menggamit pinggangmu
dan
orang-orang berisik di benak-benaknya
“jarang
anak laki-laki semesra itu dengan bapaknya.”
Tulungagung, Agustus 2020
0 Comments