Kalau
kau tidak bisa menulis apapun, jangan dipaksa. Lupakan dua atau tiga piring
yang tadi sempat membuatmu hampir mengeluarkan seluruh isi perut. Aku tau kau
benci pernikahan. Dan sebab-sebab lain yang membuatmu enggan berpikir jernih
hari ini.
Apa
yang kau lihat? Gaun-gaun dan jas sekali pakai. Limbah yang mengurung ikan-ikan
dan menyumbat aliran darahmu. Tas-tas kulit yang dipaksa mirip atau buket-buket
bunga plastik yang dalam beberapa jam lagi akan sampai di tempat sampah, di
jalan-jalan dan menggunung di hilir.
Kau
berpikir sesuatu? lebih tepatnya tidak habis pikir. Kau lihat perempuan di
panggung itu? Dua laki-laki tua di samping kanan dan kirinya? Apa yang mereka
bicarakan? Perempuan cantik seperti kucing anggora. Kau tidak bisa memilikinya,
kecuali membeli. Semua tamu tertawa dan kau diam saja. Lalu nyanyian-nyanyian
sumbang itu dilanjutkan.
Kau
benci dan diam saja? Sejak kapan aku tidak diam dan menggerutu di belakang? Kau
dan aku melakukannya hampir di semua kesempatan. Kita selalu membenci apa-apa
yang kita lakukan di sini. Rumahku, rumahmu yang pura-pura memberi kesempatan
untuk bicara.
Mereka
tampil dengan melukai dan kita menganggap diri jadi paling bodoh. Selalu. Kau melebur
dan mengabaikan kebencianmu, untuk sekadar menghargai cerita yang salah? Kau khawatir?
Jika sampai titik, kau punya pilihan lain tapi tetap diam, aku yang akan
menghapusmu.
Keberadaanku
cuma satu titik. Kau hapus atau tidak, yang kusut tetap lembar kertasmu. Keberadaanku?
Langgeng dalam pikiran orang-orang. Diam dan akan terus dilukai, bukan? Salah. Hari
ini aku menghapusmu dari luka-luka yang disematkan tamu-tamu. Dari luka yang
kau buat sendiri, karena memilih diam. []
#GerakBersama #JanganTundaLagi #SahkanRUUPKS
2 Comments
Nice post, mbak! :)
ReplyDeletewah, terimakasih banyak, mbaa...
Delete