Ini cerita soal pejalan yang mulai buta
sejak kukira menatap sekilap cahaya
dari mata kananmu
mengijinkan tubuhmu tubuhku tumbuh
dan bertaut
menurutmu apa?
sebutir cahaya pipih berjalan
mengelilingi kedua matamu
menuju dasar ingatan dan
menerka-nerka kesalingan, ada?
mestinya aku, bukan tidak punya
kenangan lain
selain mengawasi punggungmu berlalu
di stasiun tugu
tanpa naskah monolog yang kita susun
dengan memoar paling hening
tapi kau, hanya pulang membawa air
hujan tanpa aba-aba
memberi tanda kemarau pada musim semi
di sudut-sudut kamar
tanpa hela dan jeda napas
mestinya aku, tapi siapa yang
menyimpan akhirnya? []
Tulungagung, 16 Desember 2020
0 Comments