Satu
hal yang selalu kuulang di hari peringatan kelahiran Sang Paus Sastra adalah
karya Baba yang ini, versi sebelum diperbaiki dari Al-Qur'an Berwajah Puisi.
Aku tidak kenal Baba secara mendalam. Hanya dari bacaan dan diskusi bersama.
Dulu, sering mendengar namanya nampang di beberapa majalah sastra lawas, di
perpustakaan sekolah. Kadang bersanding dengan si pemuda bermata merah, Chairil
Anwar.
Namanya melenggang
dengan banyak kontroversi, perdebatan, dan kritik. Aku tidak tahu apa-apa,
sampai orang-orang menjelaskan ini dan itu. Baru pada 2017, aku benar-benar
belajar membaca ulang setiap detail dari sosok ini, tapi nyatanya tidak ada
yang bisa kutuntaskan. Satu hal yang kuingat dari cerita tentang beliau, ketika
bertemu Hamka dan mengutarakan keinginanannya. Mungkin itu dianggap ambisi yang
keterlaluan. Tapi pada akhirnya karya itu selesai, dengan jatuh bangun, caci
maki, kebencian sekaligus penuh cinta. Sebuah sumbangsih Baba untuk khazanah
tafsir modern dan sastra Indonesia.
Kilas
Balik Biografi H.B Jassin
Hans Bague Jassin, lebih
dikenal dengan H.B. Jassin adalah seorang Paus Sastra Indonesia. Lahir di
Gorontalo, Sulawesi Utara pada 31 Juli 1917. Ayah Jassin bernama Bague Mantu
Jassin, seorang pegawai dan ibunya bernama Habiba Jau. Jassin kecil tumbuh di
tengah keluarga yang taat beragama sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Jassin
gemar membaca buku sejak duduk di bangku Gouverments
HIS Gorontalo, yakni sejak 1932. Kegemarannya membaca tidak lepas dari peran ayah
yang mengoleksi buku-buku bacaan di perpustakaan pribadi.
Dalam karir, Jassin tidak pernah lepas dari dunia literasi. Selepas 1970-an, Jassin masih bergelut dengan berbagai forum literasi, dari menjadi anggota Panitia Pertimbangan Pemberian Anugerah Seni Bidang Sastra oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1975, menjadi anggota Panitia Calon Penerjemah yang disumpah pada 1979-1980, penasehat Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada 1973-1982, anggota dewan juri Sayembara Mengarang Novel Kompas-Gramedia tahun 1978, ketua dewan juri Sayembara Novel Sarinah pada 1983, menjadi anggota dewan pertimbangan perbukuan Perum Balai Pustaka tahun 1987-1994.
Kisaran tahun 1972-1974 Jassin
berhasil menerjemahkan al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia, Ayat-ayat al-Qur’an dalam terjemahan
tersebut ditulis tangan oleh. R. Ganda Mangundihardja. H.B. Jassin juga membuat
terjemahan khusus untuk merangkum juz 30 yang kemudian ia beri nama Al-Qur’an
AlKarim Bacaan Mulia Berita Besar.
Kontroversi
Al-Qur’an Berwajah Puisi
Pada 1992, Jassin benar-benar
mengguncang dunia Islam dengan menerbitkan sebuah mushaf yang ia beri judul
al-Qur’an Berwajah Puisi. Di mana susunan dalam mushaf tersebut benar-benar
dibuat mirip dengan tata letak penyusunan sebuah puisi. Ide penyusunan tersebut
menguat setelah Jassin memeriksa karya sebelumnya untuk direvisi. Baginya,
al-Qur’an mengandung keindahan
bahasa yang tidak dapat ditandingi, dan itu terbawa pada saat ia menerjemahkan
al-Qur’an tersebut ke dalam
bahasa Indonesia. Sangat disayangkan jika keindahan tersebut tidak dibarengi
dengan penulisan tata letak perwajahannya.
Kontroversi pun hadir seiring
pembuatan sekaligus penyelesaian al-Qur’an Berwajah Puisi. Di mana Majelis
Ulama Indonesia, 7 yang dimintai persetujuannya oleh Jassin, menolak memberikan
persetujuan atas format mushaf terbarunya itu, begitupun Departemen Agama dan
beberapa ulama lain. H. Oemar Bakry dalam suratnya sempat meminta agar H.B.
Jassin menghentikan penyebaran karya terjemahannya. Hal tersebut karena
dianggap menimbulkan keresahan bagi umat Islam. Meskipun banyak pihak yang
menolak didistribusikannya al-Qur’an Berwajah Puisi ke masyarakat, namun
beberapa pihak masih memberikan dukungannya secara nyata kepada Jassin. Salah
satu ulama sekaligus sastrawan yang memberikan dukungan pada H.B. Jassin adalah
Hamka. Selain itu, Mahar Efendi juga mengungkapkan bahwa terjemahan yang dibuat
oleh H.B. Jassin merupakan sebentuk ijtihad yang memiliki nilai tersendiri.
Contoh
Hasil Terjemahan
Terjemahan karangan H.B. Jassin memang puitis. Jassin menggunakan susunan rima dan memperhatikan irama, serta persamaan bunyi. Aspek yang membedakan Hasil terjemahan H.B. Jassin dengan terjemahan lain adalah pada cara penyusunan baris-baris sajak, penuh dengan pertimbangan. Sebagaimana penyair pada umumnya, Jassin sangat memperhatikan hubungan antara rima dan irama, sehingga dalam setiap pembacaan yang dilakukan harus menimbulkan kesan estetis. Bisa diambil contoh pada QS. Yusuf: 3
Kami ceritakan kepadamu
kisah Yang paling indah,
Dengan mewahyukan kepadamu
Al-Qur‟an
ini,
Meskipun kamu sebelumnya
Termasuk golongan yang
belum Mengetahui (akan Kebenaran).
Sumber:
0 Comments