Tak
ada tribun di lapang sabana
Tempat
jagad agung menyingsing dan manusia
merebah
Tubuh-tubuh
baru menyapa Ibu tanpa gentar lewat sedekah
Ia Merapi
- Sang Ibu
Menemukenali
asal tubuh, tanah-tanah panas dan basah
Di
sana, kami melingkar sedepa-depa menyongsong Sura
Menopang
penghidupan, menopang raga bayi-bayi tanpa dosa
Tapi
manusia jadi bebal tak tahu terima kasih
Lereng-lereng
diancam tambang, hutan-hutan dibakar
Bhumi
Ibu jadi gersang hampir tumbang
Syahdan,
Merapi menanggalkan sabarnya
Kala
ranjau menyakiti tubuh sang Axis Mundi
Luruh
api-api kemurkaan menjelma abu-abu, pupuk subur bagi bhumi jagad alit yang renta
Wajah-wajah
sengkarut yang nestapa menanggung sepuhnya
"Ada
yang harus menanam pengorbanan"
Sebab
manusia mengambil kulit sampai pada palungnya
Merapi
yang diam mengambil jatah
Sungkem dalem pada ibu bhumi bopo angkoso
Kini
manusia tinggal meronta, meminta kesembuhan putera dan puterinya
Kita
manusia menunggu binasa, sebab laku
Kita
manusia menanggung derita, sebab borok-boroknya sendiri
Kita
manusia memikul sesal sebab nafsu jiwa terlampau serakah
Sang
Ibu Axis Mundi
Disepuh
kembali napas hidup dalam sedekah bumi
Biar
alam mendengar swara kita, swara
pertaubatan manusia. []
Juara 2 Lomba Cipta Puisi Sosiologi Banjarmasin
2 Comments
Tak khayal jadi juara, engkau yang dulu memang membara, namun sekarang laiknya arang yang usang.
ReplyDeleteBangsat kau! Siapa kau! Sini kita adu jotos.
Delete