Sudah
akrab dengan moda transportasi umum bernama kereta api? Jika belum, baca
tulisan ini sampai selesai. Aku punya pengalaman yang cukup menarik untuk
kubagi perihal kereta api. Kenapa cukup menarik? Karena cerita ini bukan
tentang sesuatu yang menyenangkan. Cerita ini bermula saat aku mulai berani menjadi
pejalan tunggal, 2019 silam. Belum lama, memang.
Mei
2019, aku memutuskan mengundurkan diri dari sebuah stasiun radio, tempat
kerjaku. Alasannya jelas, aku ingin melanjutkan studi strata dua di salah satu
universitas di Yogyakarta. Caranya bagaimana? Kita bahas di tulisan lain. Puji
Tuhan tanpa banyak rintangan, akhirnya aku bisa ke Yogyakarta untuk daftar
ulang dan mengambil kartu tanda mahasiswa pascasarjana.
Ke
Jogja naik apa? Itu pertanyaan bagus. Aku memesan tiket kereta untuk perjalanan
solo pertamaku jauh-jauh hari. Bahkan satu minggu sebelum jadwal
pemberangkatan, aku sudah lebih dulu memesannya. Terangnya, aku tidak ingin
perjalananku gagal. Aku sangat senang karena ini bakal jadi momen tak
terlupakan.
Ketinggalan
Kereta
Kalian
boleh tertawa tapi itulah yang terjadi di hari yang kutunggu-tunggu. Alasannya sederhana,
aku salah mengantre. Aku tidak melihat detail nama stasiun di tiket yang
kupesan. Alhasil, aku datang di stasiun di mana kereta yang kupesan tidak
berhenti. Aku mengejar kereta itu ke stasiun kota. Satu menit sebelum kereta
itu berangkat lagi, aku sampai. Tapi ketika aku ke arah petugas pengecekan
tiket, kereta itu meninggalkanku.
Kalian
punya pengalaman ketinggalan kereta juga? Jika iya, kita mungkin punya perasaan
yang sama, menyesakkan, ingin menangis sejadi-jadinya. Terlebih itu kereta
terakhir dengan tujuan Jogja, sementara keesokan harinya adalah hari terakhir heregistrasi.
Mau tidak mau, dengan sesak di dada yang belum hilang, aku pergi ke terminal
bus. Sebuah pengorbanan bagi tubuh yang menolak perjalanan darat menggunakan
moda transportasi ini karena mabuk berat.
Kali
pertama aku melakukan perjalanan solo dan ketinggalan kereta menjadi awal yang
sangat membagongkan. Ini bukan hanya soal kehilangan uang sekian ratus ribu,
tetapi menyebalkan ketika teringat satu menit menjadi begitu berharga. Sayangnya
saat itu, bukan perkara tidak tepat waktu tapi ketledoran yang lain.
Ketinggalan
kereta saat itu juga menjadi awal pengalaman-pengalaman ketinggalan kereta yang
lain, di waktu yang lain. 2022 aku pergi Depok untuk sebuah workshop
keberagaman. Pemberangkatan yang sangat menyenangkan dan nyaman. Kereta eksekutif
dan sendiri adalah kemewahan buatku. Tapi tidak demikian saat kepulanganku ke
Tulungagung. Bermain-main dengan rekan-rekan dari kota lain membuatku hampir melupakan
jadwal keberangkatan kereta saat itu. Tapi dengan sigap, kawan-kawan dari
Jakarta memberikan tumpangan yang berharga.
Akhir
2022, ketinggalan kereta membuatku menangis lagi. Selisih satu menit dari
jadwal yang sudah mutlak. Mobil yang kutumpangi tak kunjung datang menjemputku,
sedang Jogja sedang syahdu melulu karena hujan. Pengemudi tak biasa berjalan di
area kemacetan yang maha dahsyat, sehingga aku harus merelakan membayar dua
kali lipat untuk kepulangan yang sangat menyebalkan. Malam itu, aku benar-benar
menangis sendirian di lobi stasiun.
Lebih
Baik Ubah Jadwal Keberangkatanmu
Biasanya,
kita punya firasat untuk tiap-tiap hal yang terjadi, entah itu hal baik maupun
kurang baik. Kalau kalian masih bisa merasai tanda-tanda kebesaran-Nya hadir pada
saat-saat genting, percayalah. Lebih baik ikuti kata hatimu dan biarkan instingmu
bekerja.
Lebih
baik ubah jadwal keberangkatan keretamu, daripada kau menangis sia-sia. Apa
bisa? Sangat bisa dan mudah sekali. Jika sulit memakai KAI Access untuk
melakukan pengubahan jadwal kereta, kalian bisa datang ke stasiun terdekat. Maret
lalu, aku merasa harus melakukan pengubahan jadwal kepulangan ke Tulungagung,
firasatku mengatakan aku harus pulang di hari X. Berkat bantuan seorang teman
baik, aku bisa benar-benar mengubah jadwal keretaku.
Misalnya
kalian sedang di Jogja dan ingin mengubah jadwal keberangkatan tapi bingung
bagaimana caranya, saranku ke Lempuyangan atau stasiun Jogja. Datang ke petugas
loket, tanya. Biasanya petugas akan meminta data diri dan bukti tiket
yang sebelumnya dipesan. Baru kemudian mengarahkan cara mengubah jadwal di
mesin yang sudah disediakan.
Jadi,
lebih baik ubah jadwal keretamu untuk mengantisipasi hal-hal yang bakal
membuatmu lebih frustasi. Tenang, meskipun penjelasanku terkesan basa-basi,
tapi ini sesuai dengan pengalaman yang kemarin-kemarin pernah kualami. Terima kasih
sudah membaca sampai habis, teman-temanku. []
0 Comments