Morfo Biru – Kemarin, kita bersama-sama telah memeringati Hari Toleransi
Internasional (16/11). Namun, ada problem besar yang ternyata masih mengintai bangsa
kita sampai hari ini, yakni intoleransi.
Disadari atau tidak, intoleransi adalah satu tantangan
sosial yang bisa merusak keharmonisan masyarakat. Tindakan-tindakan intoleran sendiri
muncul dalam berbagai bentuk, seperti diskriminasi rasial, agama, gender, dan
lain sebagainya.
Penting bagi kita sebagai masyarakat untuk bekerja
sama dalam mencegah serta mengatasi tindakan-tindakan intoleransi tersebut.
Mengacu laman UNESCO, ada lima cara mengatasi
intoleransi, mulai dari menegakkan hukum, pendidikan keberagaman, peningkatan
akses terhadap informasi (promosi kebebasan pers dan pluralisme), peningkatan
kesadaran individu, dan solusi lokal.
Adapun penjabaran dari kelima cara tersebut bisa
diimplementasikan melalui lima upaya, yang bisa kita lakukan untuk mencapai
tujuan ‘Indonesia Rumah Bersama’, yakni sebagai berikut:
toleransi - pixabay/juandisalinas |
1.
Menerapkan Pendidikan
Inklusif
Pendidikan adalah kunci
utama dalam membentuk cara pandang baru terhadap perbedaan.
Program-program pendidikan
inklusif yang mendukung kesadaran akan keberagaman, bisa memberikan pemahaman baru
yang lebih dalam tentang berbagai budaya, agama, dan latar belakang lain yang
dimiliki Indonesia.
Dengan menciptakan
lingkungan pendidikan yang inklusif, kita bisa turut memastikan bahwa generasi
mendatang tumbuh dengan toleransi dan penghargaan atas keberagaman.
2.
Kampanye Kesadaran
Masyarakat
Kita adalah bagian dari
masyarakat global. Sudah semestinya kita juga berperan aktif terlibat dalam
kampanye kesadaran yang menyoroti dampak dari adanya intoleransi.
Melalui media massa, media
sosial, forum diskusi, dan kegiatan sosial lain, kita bisa menyebarluaskan pandangan
terkait pentingnya menghormati perbedaan dan menerima keberagaman sebagai
kekayaan.
Kampanye ini juga bisa
mencakup cerita inspiratif, wawasan edukatif, dan fakta-fakta tentang
keberagaman untuk merangsang pemikiran kritis dan empati.
3.
Dialog Antar Kelompok
Mendukung dialog terbuka dan
konstruktif antar kelompok merupakan salah satu langkah penting dalam mengatasi
konflik yang dapat memicu tindakan intoleransi.
Masing-masing kita, terutama
yang aktif dalam pendampingan masyarakat perlu memfasilitasi ruang untuk
percakapan terbuka tersebut.
Hal itu memungkinkan
individu dari berbagai latar belakang untuk saling mendengarkan dan memahami
satu sama lain. Di sini, dialog bisa turut mengatasi stereotip dan prasangka
yang sebelumnya muncul.
4.
Peran Pemimpin dan Figur
Otoritas
Dalam konteks ini, hadirnya
pemimpin masyarakat, termasuk tokoh agama, politik, dan sosial, memiliki peran
kunci dalam menciptakan lingkungan inklusif.
Pun stakeholder juga harus
secara aktif menentang tindakan intoleransi dan mempromosikan nilai-nilai
inklusif.
Keberadaan pemimpin dan
figur masyarakat sendiri adalah role model, yang harus memberikan contoh
tentang bagaimana masyarakat dapat hidup bersama secara damai tanpa memandang
perbedaan.
5.
Hukum dan Penegakan Hukum
yang Tegas
Salah satu langkah esensial
dari poin ini adalah negara harus menjamin adanya undang-undang yang melindungi
hak-hak individu dan menghukum tindakan intoleransi.
Sistem hukum yang tegas dan
berkeadilan, dapat menjadi pondasi dalam mencegah dan mengatasi tindakan
intoleransi.
Selain itu, penegakan hukum
yang adil dan efektif juga memberikan sinyal bahwa masyarakat tidak akan
mentolerir perilaku intoleran.
Dengan kata lain, mencegah dan mengatasi tindakan
intoleransi, sesungguhnya membutuhkan semangat juang dan upaya bersama dari
seluruh masyarakat.
Dengan memberikan perhatian pada pendidikan keberagaman,
peningkatan kesadaran masyarakat, dialog terbuka, kepemimpinan yang positif,
dan penegakan hukum yang tegas dan adil, kita pun bisa menciptakan lingkungan
yang lebih inklusif dan harmonis bagi semua.[]
0 Comments