Puisi-puisi Achmad Khoirul Fatoni

 Catatan Biru

 

Para malaikat akan datang
Menjemput tugas yang belum usai
Ketika datang para pahlawan dari abad kesiangan
Sejarah mulai gusar, catatan-catatan di atasnya

     mulai berantakan

 

Akan datang para pemilik sah segala gelar kehormatan
medan-medan perseteruan pun beraksi atas segala
kejadian di atas belati para penggagas kebenaran
Jarum jam akan menulis kembali catatan yang hilang

     data-data yang belum pernah dipublikasikan


Kelak akan dibentangkan di atas tanah para penjelajah
Ketika seluruh tiket untuk pulang telah dihanguskan
Ribuan jalan yang telah terbentang akan dirobohkan
Percayalah bisikan di telingamu

     memanggilmu atas nama kebenaran

 

Masjid Jami’, 01 Juli 2024

sebuah surat - pixabay/CDD20

 __________________________________________

Darimu, 2000 Tahun yang Lalu

 

Di duniamu orang-orang terperangah melihat isi pesanmu
berdiri di antara bilah pisau sendiri
dan tombakmu yang terhunus


raksasa memang tak pernah datang ke rumahku
tapi mata-mata orang di sini menatapmu penuh kebingungan
skenario yang kau buat merupakan sebuah pertentangan
bahkan terlalu bodoh untuk dinyatakan sebagai alasan


apa yang tertulis di atas surat hidanganmu?
telalu banyak bumbu yang kau masukkan
merobek lidah semua orang

Untukmu 2000 tahun yang lalu
pertanyaanmu telah terjawab
tapi terlalu banyak yang kau renggut
bahkan sebuah akhir kisah yang didambakan
setiap orang


Masjid Jami’, 02 Juli 2024

 __________________________________________

 Karam

 

Hasratku terjerat dalam karatan
Tertahan di atas arus melangkah maju
Bukan karena rasa lumpuh
Tapi dinding ragu telah mengguru

 

Nurani kekal, bisa terbawa arah
Takut pada noda setetes darah
Memilih tenggelam pada arus yang tenang


Padahal mekanismenya seakan berperang
Terkekang di atas jalan yang telah usang
Segala yang buram adalah terkadang
Bukan pada lurus yang berangsur terang

 

Kucoba peruntungan baru dengan angin yang kutangkap
Uang koin sudah tak dapat kudekap
Biar sekali, kali ini kugantungkan pada harap
Belum habis asa di lambung kapal


Selama jarum jam tetap merapal
Selama belum putus rajutan akal
selama masih mengalir lautan amal


Sumenep, 2024

 __________________________________________

 Rambu Jalan

 

Kau hanya butuh beberapa putaran jam lagi
Untuk menata kembali pondasi dan lubang-lubang pelarian
Kau terlalu memaksa untuk menggali lebih dalam
Tanah yang kau pijak mulai retak di mana-mana


Sedang kakimu tertimbun di bawah tumpukan beton
Menjadi beban pelarianmu, bahkan membuatmu hilang keseimbangan
Apa yang membuatmu terlalu gigih meniti
Jalan yang penuh nestapa?


Padahal kau hanya perlu memutar kemudimu
Rambu-rambu jalan di atas tiang-tiang peristiwa
Selalu menuntunmu dengan perlahan
Masih banyak yang belum kau lihat


Tapi berbagai jalan di benakmu, mulai menusuk isi kepala
Saat sadar, kau harus segera meninggalkan yang tersisa
Kau bahkan tak akan percaya, bahwa nurani kecilmu meronta-ronta
Meminta dengan paksa dan segera

 

Maka segeralah, kau hanya memilki sebuah kunci untuk setiap pintu yang kau temui
Tidakkah kau muak dengan latar-latar yang tak kunjung berubah
Kaset-kaset yang menumpuk kau hasilkan dari duplikat bekas kakimu
Maka pergilah, jalan ini sudah lelah menyaksikanmu


Sumenep, 30 Juni 2024

 __________________________________________

 Surat Usang

 

Kau hanya ingin berbaring di atas hijaunya permadani
Sementara ekor matamu melekat pada hingar-bingar keramaian
Orang-orang sibuk dengan berkas di tangannya
Mereka datang membawa berbagai macam persoalan silih berganti
Kau sudah lelah melihat burung-burung terbang di atas jendela, padahal seekor pun

     tak pernah datang untuk bertengger di dadamu

 

Maka pergilah, orang-orang tak lagi peduli
Dengan surat-surat yang kau kirimkan, apalagi
Dengan halaman rumah yang kau tinggalkan
Kau hanya terlalu larut memikirkan nasib
Para tetanggamu, nasib orang-orang yang hilang
Saat rumahmu hangus terbakar

 

Kelak, orang-orang akan membuka kembali
surat-suratmu yang sudah usang
Ketika pondasi rumah mereka mulai runtuh
Dan bunga-bunga tak lagi mekar di pekarangannya
Mereka mencoba menulis di atas secarik kertas
Berharap kau yang sedang berbaring di sana
Terbaca hamparan rumput

Tugasmu telah usai, bibit-bibit yang kau semai
Telah bermekaran


Masjid Jami’, 02 Juli 2024

 

PENULIS

Achmad Khoirul Fatoni
Santri TMI Al-Amien Prenduan kelas V | Gemar membaca dan menulis

Post a Comment

0 Comments