Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon - Bagian II

Pertemuan

Wajahmu yang berenang-renang di retina

Masihlah seiris purnama

Di atas belantara

Dimana limbah dari

Gugur masa lalu terdampar

 

Kaulah rayuan

Menelusupkan gigil pada bulu kuduk

Setelah bertahun kutolak

Segala desah cinta

Segala nyanyian asmara

pixabay/manseok_Kim
Dan wajahmu

Betapa senang bergelayut di bulu mata

Juga dingin yang kau tanam

Di bawah ubun kepala

Dan di teluk pangkal paha

Betapa semakin erat mendekap

Izinkanlah kutuntaskan hasrat

Yang lama bergumul

Di antara merah bibirku

Dengan wajahmu yang lindap

Oleh doaku


Sumenep, 2023


Puisiku Bagiku

Puisiku

Adalah sampan

Yang melayarkan feses

Masa lampau

Menuju sebalik cakrawala

 

Atau museum

Di dalamnya kupajang

Masa kanakku

Dan masa setelahnya

Dalam bingkai-bingkai

Yang bagiku paling elok

 

Atau hidup

Ia menuliskan diriku

Dalam larik-larik

Yang kemudian disyairkan

Hingga padam lilin dalam jantungku


Sumenep, 2023


Baca Puisiku

Jika kau merindu

Bacalah puisiku

Kau bisa jadikan ia Bodrex

     Mixagrip atau Tolak Angin

Atau obat lainnya yang kau sukai

Ia bisa meredakan nyeri kepalamu

Ngilu hatimu, juga meriang

Sepanjang lekuk lehermu

 

Bacalah itu

Kau bisa jadikan ia seorang lain

Untuk berbagi pelukan

Ia akan berbaik hati

membunuhi sunyi

Serupa kutu

Yang rambati jengkal bulu

Di kakimu

 

Bacalah puisiku

Jika kau ingin lari

Dari dunia yang anjas

Ia akan jadi ruang

Tempat kau bebas

Membakar ampas cemas

Tempat kau bebas

Membakar topeng yang

Lama sembunyikan wajahmu


Sumenep, 2023


Sabtu Jelang Minggu

Sebelum sabtu berkemas

Lalu menuju pembaringan

Di balik angka dua belas

Tikam dulu segala agenda

Yang terus dahaga

Pada cucur keringat

 

Setelahnya minggu yang uwu

Akan mengecupmu dengan bibir bergincu

memelukmu sepanjang hari

Membuatmu bermimpi;

Janin senin gugur

Dari rahim hari


Sumenep, 2023


Jendela

Jendela memeluk dirinya sendiri

Ia mata yang terus memandangi

Riang tawa anak-anak selepas main bola

Mo sapi selepas penat membajak

Kucing yang ngiau tersedak tulang cakalang

 

Jendela memeluk dirinya sendiri

Dan terus memandangi

Kebebasan yang tak pernah

Bisa ia genggam


Sumenep, 2024


PENULIS
Fathurrozi Nuril Furqon
Lahir dan hidup di Sumenep, 01 Agustus 2002. Alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021.
Mahasiswa UNIA yang gemar membaca, menulis, dan bermain Genshin Impact.
Bisa disapa lewat Whatsapp 081936462844; Ig @zeal0108; email 
ozijenius02@gmail.com

Post a Comment

0 Comments